Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

My Arc Your Soul Unlimited Souls

🇮🇩Arivaldi
--
chs / week
--
NOT RATINGS
8.6k
Views
Synopsis
Bercerita tentang seorang gadis berambut perak bernama Tiara Shikizuna yang mendaftarkan diri di sebuah akademi pelatihan. Akademi Heavenly Knight. Untuk mencari tau tentang kakaknya yang sudah lama menghilang dan mencari tau rahasia dari monster yang sudah membunuh ibunya. Yang merupakan seorang pahlawan yang bernama Shikizuna Shizuku. Atau biasa di pangil Last princess heavenly. Kini dia bersama-sama dengan teman dan juga sepupunya berusaha me jadi yang terkuat Untuk menyelamatkan seluruh dunia dari kehancuran
VIEW MORE

Chapter 1 -  Awal Dari Sebuah Perjalanan.

Arc 1 : Become the strongest in the magic school

Suatu pagi yang cerah, aku sedang berada di sebuah tempat  pusat perbelanjaan yang terletak ditengah kota Sanctuary, yang terletak di-sebelah selatan dari kota LAND OF LIGHT. Sebuah kota yang sangat makmur dan damai. Aku kemari bersama dengan sepupu laki-laki ku  Ayasaka Shin, tapi entah kenapa aku  kehilangan dirinya.

"Kemana perginya Shin, apakah dia sengaja meninggalkanku? "ucapku dalam hati sambil melihat keadaan sekitar yang sedang ramai karena adanya turnamen Ten No Shukufuku.

" Waa!! "  Tiba-tiba ada seseorang anak laki-laki berambut hitam, mengejutkan ku dari belakang  dan  ternyata.

" Hey! Shin apa yang lakukan ? kamu membuat ku terkejut saja. " Ucap ku sambil memarahinya.

Perkenalkan nama ku Shikizuna Tiara, dan yang tadi mengejutkan ku adalah sepupu Laki-laki ku yang bernama Ayasaka Shin.

" Maaf-maaf, Tia habisnya melihat mu ketakutan begitu sudah menjadi keseharian atau lebih tepatnya kebiasaan ku saja. Teheee… " ucap shin sambil menepuk-nepuk pundak ku.

" Jika kau lakukan sekali lagi, aku akan menamparmu " ucap ku marah atas tingkah lakunya Shin yang sedikit menganggu ku.

Memang benar bahwa Shin sudah bersama ku sejak kecil dan kami tumbuh bersama sebagai sepupu.

" Lihat itu, bukankah dia Ayasaka Shin anak dari Ayasaka Emilia "ucap salah satu wanita yang berada Didekat kami.

" Dan yang di-sisinya itu, apakah dia  pacarnya ? " ucap gadis berambut kuning sambil tersipu malu dan menutupi wajahnya.

" Bukan, dia bukan pacarnya, gadis yang disebelahnya adalah sepupunya yaitu Shikizuna Tiara.kau sudah lupa dengannya?." ucap gadis yang berada disebelahnya menjelaskan pada temanya.

" Ehh..!? bohong kau, habisnya nama marga mereka berbeda."   ucap gadis tadi tidak mempercayai temannya.

Awalnya kami tidak memperdulikannya dan terus berjalan, tapi karena mulai terasa terganggu aku berhenti, memutar balik arah menuju mereka berdua dan berkata kepada mereka " Hey...Kalian. kalian tadi bilang nama marga kami berbeda bukan? Apakah kau tidak percaya bahwa dia adalah sepupuku hanya  karena nama marga kami berbeda. Hah!! " ucap ku dengan nada marah

Karena merasa malu gadis tadi,  pergi bersama temannya. Meninggalkan kami berdua, saat keadaanya mulai reda shin mendekati ku sambil menepuk-nepuk pundak ku.

" Ahh~~ Tia kau seharusnya tidak begitu juga. Kau membuat mereka berdua ketakutan. " ucap Shin sambil menghela napas panjang

 Aku sudah sering mendengar ocehan yang seperti tadi, memang nama marga yang aku pakai berbeda dengan Shin. aku senang menggunakan nama marga milik ibuku. Yaitu Shikizuna Shizuku,

Ibuku sangat menyukai nama marga ibunya yang bernama Shikizuna Saya. jadi walau sudah menikah beliau tetap menggunakan nama " Shikizuna Shizuku"  bukan " Ayasaka Shizuku."

" Sudahlah Shin mari sekarang kita kembali semua bahan makan sudah ku beli.Dan lagi alice pasti sudah menunggu kita berdua. " ucapku pada Shin sambil menurunkan tangganya Shin dari pundak ku.

"….."

Saat aku berbicara padanya mata Shin terpaku pada pertandingan " Ten no shukufuku " sebuah turnamen bela diri yang dimana pemenangnya akan dikabulkan satu ke inginkan nya apa pun itu.

" Shin, apa kau mendengarkan ku ? Hey.. Shin!! "aku dengan santai mencubit lengan Shin Karen dia tidak mendengarkan perkataan ku.

" Sakit!! Tia apa yang kau lakukan !? " ucap Shin  kesakitan sambil mengusap lengan nya yang tadi ku cubit.

" Itu hukuman untukmu, Ayasaka-kun. Karena kau tidak mendengarkan ku. " dengan nada genit aku menjahili Shin.

" Sudah tidak penting coba kau lihat pertandingan Ten no shukufu itu " ucap Shin sambil menunjuk pada siar televisi yang sedang berlangsung tersebut.

Saat melihatnya aku juga tidak bisa mempercayainya, di-sana telihat nama " Hayato " itu merupakan nama kakak ku yang sudah menghilang delapan tahun yang lalu.

" Shin tolong cubit pipiku jika ini adalah mimpi " ucapku tak sadar menyuruh Shin mencubit pipiku, Tak lama Shin pun menuruti ucapan ku.

" Sakit.!! Shin apa yang kau lakukan !? " Teriak ku marah sambil memegangu pipiku.

" Bukanya kau yang menyuruhku Tia " ucap shin dengan nada dan raut wajah polos.

" Bukan itu yang harus kita bahas. Duh.. "

 " Tia apakah benar bahwa yang tadi kita lihat itu kakakmu !? "

Aku tidak mendengarkan Shin dan terus bertanya-tanya, apakah yang tadi saya lihat memang benar kak Hayato atau bukan mengingat saat penyerangan tyran hampir setengah .

" Tia. Tia. Hey Tiara… Ah~ sekarang dia yang terdiam, Tiara mari kita pulang kita bicarakan ini dengan paman dan juga ibuku dirumah nanti dan sore nanti juga paman ayasaka akan pulang  bukan?." ucap Shin sambil berbalik dan menarik lengan baju ku .

" Hei!!, hei!!, Shin kau tidak perlu menarik tanganku juga, aku bisa berjalan sendiri! " ucapku sambil menronta-ronta.

Awalnya Shin menolaknya, tapi karena aku terus menerus menronta dan membuat dia malu dia akhirnya menuruti permintanku.

" Baiklah, Tiara-chan " ucap Shin menjahili ku. sambil melepaskan tangan ku, setelah itu kami berdua berjalan meninggalkan pusat perbelanjaan.

Saat sudah keluar dari pusat perbelanjaan aku mengingat bahwa aku ingin makan parfait, di-sebuah kafe yang berada tak jauh dari pusat perbelanjaan itu. Dan di kafe itu juga menyediakan Hamburger yang super duper enak.

" Shin kita mampir dulu di kafe itu sebentar saja, boleh yah?"

"Ya, boleh, terserah kamu saja. Dan juga gangan lupa untk membelikan alice hamburger. " ucap Shin dengan nada pasrah.

" Terimakasih Shin, kau memang sepupu ku yang paling bisa aku andalkan, " ucapku sambil tersenyum  manis kepada Shin.

Kami kemudian berjalan menuju kafe itu. Kafe itu bernama Azelion, Azelon adalah kafe penyuka kucing.  Tempat ini memiliki desain yang cukup unik jika di bandingkan dengan kafe lain.

"Selamat datang di kafe Azeion, Onii-chan…, Onee-san... meong! "

Saat kami masuk, kami disambut oleh para pelayan yang mengunakan baju maid dan menggunakan bando kucing.

" Huwah… Imut sekali…" ucapku dengan mata yang berbinar binar.

" Tia apakah kau suka dengan yang begitu " ucap Shin berbisik pada ku.

" Ya, aku sangat menukainya. Memangnya kenapa? " ucapku dengan nada kasar, walau sebenarnya aku tidak ingin berbicara kasar padanya. Hanya saja aku reflek saja.

Saat aku bicara itu Shin sudah pasrah denganku dan mengikutiku tampa bertanya lagi. Kami kemudian duduk di meja yang berada di pojok kanan dekat jendela toko tersebut.

" Mau pesan apa one-chan, onii-can. " ucap salah satu pelayan  memberikan  Daftar menu sambil memengang buku catatan berwarna merah.

" Aku pesan satu Parfait jumbo dengan hamburger, Tolong Hamburgernya di bungkus. Shin apakah kau,menginginkan sesuatu, Aku yang bayar " ucap ku pada Shin yang dari tadi terdiam.

" Kalau begitu aku pesan hamburger dan es kopi saja " ucap Shin dengan nada malas.

" Itu yang dia bilang. Dan maa jika bahasanya kurang sopan.. Hehee… "

" Baiklah, tunggu sebentar. " ucap pelayan sambil berlari menuju meja pesanan.

Keadaan di kota ini sangat damai sekali.  Berbeda sekali dengan Dua puluh tahun  yang lalu dimana dunia saling bekerja sama demi mengalahkan monster bernama " Tyran " mahluk itu mengancurkan satu benua saat kedatangan pertamanya.

" Tia, ada yang ingin ku bicarakan pada mu "ucap Shin raut wajahnya mengatakan bahwa ini adalah hal yang serius.

" Ya, silahkan saja memangnya apa yang kau ingin bicarakan? "ucapku dengan santai sambil melihat keluar jendela.

" Ini tentang kakakmu, Jika benar dia mengikuti turnamen " Ten no shukufuku " Berarti dia berada di Akademi Heavenly Knight. Dan juga jangan mencampakan aku seperti itu T-I-A-R-A !!" ucap Shin dengan nada kesal karena dari tadi aku campakan.

" Memang benar, Tapi untuk menuju akademi itu kita harus menaiki kereta. Juga waktu yang di tempuh sekitar Lima jam  perjalanan dengan kereta untuk bisa menuju ke sana. " ucap ku sambil melihat ke arah lagit dan terus mencampakan  Shin.

" …Bagaimanapun Tiara, kita harus masuk akademi itu.Bagaimana pun caranya. " ucap Shin matanya terlihat sangat berbinar-binar sekali.

Aku yang dari tadi mencampakan Shin, berbalik dan berbicara padanya. Bagaimana pun Shin sudah banyak membantu ku saat menjalani masa yang sulit, dan juga aku tidak tega mencampakan dia terlau lama.

" Baiklah Shin, kita akan mendaftarkan diri di akademi itu, tapi sebelum itu-"  saat aku ingin menyelesaikan perkataanku, tiba-tiba pelayan yang tadi datang dan menaruh makanan di atas meja kami.

" Maaf membuat menunggu, ini parfait jumbo dan hamburger, dan juga  es kopinya "

" …Terimakasih "  Kemudian pelayan tadi tersenyum dan pergi untuk melayani pembeli yang lain, disisi lain Shin pun terdiam sambil mendengarkan penjelasan ku yang sebelumnya.

Tetapi aku merasa ada yang aneh dari pelayan tadi seperti ada aura yan sangat besar bersemayam didalam tubuhnya. aku curiga ada sesuatu yang dia sembunyikan.

' Dia memiliki aura yang cuku besar. apa mungkin dia... Sudah lah mungkin hanya perasaan ku saja ' atau bisa  saja. kemudian aku mendengarkan penjelasan dari Shin lagi.

" Sebelum itu kita harus meminya izin pada paman Ayasaka, ibuku, dan juga ayahku, karena mereka akan sangat khawatir jika kita pergi tanpa meminta izin mereka terlebih dahulu. Begitu bukan Tiara" ucap Shin melanjutkan perkataan ku sebelumnya.

Shin sangat paham betul dengan apa yang aku pikirkan, Mungkin ini karena kami sudah berasama selama tujuh tahun, Bagiku  Shin lebih sekedar sepupu dia adalah pahlawan untuku.

" …. Shin kau sangat lucu sekali dah. Benar-benar lucu." Ucapku dalam hati sambil terus memandangi shin dan mendengarkan semua ocehannya.