Chapter 2 - Hadiah

Saat kami sudah menghabiskan semua makan itu kami menaruh uang di atas meja dan pergi dari kafe tersebut. Kami pergi ke arah selatan, Disana adalah tempat tinggal kami. Sebuah mansion megah yang dapat terlihat dari mana-pun dikota ini.

Saat kami berjalan bersama kami menjadi pusat pehatian sepanjang jalan ini, karena kami adalah anak dan juga keponakan dari Ayasaka touru.

" Shin boleh saya bertanya satu hal ? " ucap ku sambil menarik lengan baju Shin.

" Boleh memangnya apa yang kau ingin tanyakan ?"

"Akademi Heavenly knight itu akademi seperti apa ? apakah nanti kita harus melakukan sebuah test, untuk bisa masuk kesana?  " tanya ku kepada shin.Karena ku tidak pernah melihat seperti apa akademi itu.

Shin tidak menjawab pertanyaan ku, sikap nya menjadi sanggat dingin saat aku bertanya tentang test. Sikap nya terus berlanjut hingga kami sampai ke mansion.

Saat masuk sikap Shin seperti berubah tidak seperti tadi siang. Entah kenapa itu membuat ku sangat penasaran,dan bertanya-tanya "Ada apa dengan anak itu? Biasanya dia akan tetap ceria apapun keadaannya Apakah ini semua kesalahanku".

" Selamat datang, Nona Tiara, Tuan Shin.."  Saat masuk mansion kami disambut dengan kehadiran para pelayan.

" Nona Tiara… Kenapa anda meninggalkan mansion tampa memberi tahu saya terlebih dahulu…?" ucap salah satu pelayan yang berlari menuju ke arah kami, pelayan tersebut bernama Alice.

Alice sudah menjadi pelayan selama sepuluh  tahun yang lalu. Alice memiliki tubuh yang aduhai, rambutnya berwarna kuning lurus.Dia tampak sempurna Tetapi Alice ini sangat malu jika bertemu dengan orang lain/asing.

" Nona tau betapa saya sanggat menghawatirkan nona, apa lagi dengan keadaan nona yang sering sakit." Ucapnya sambil memeluk ku, kami menjadi tontonan para pelayan yang lain.

" Alice kami baik baik saja, kau tidak perlu hawatir, " ucap ku menenangkan Alice yang cemas.

" Ahh… Maaf Nona Tiara, saya terlalu berlebihan. " ucap Alice mulai merasa tenang.

"Dan berapa kali aku harus katakan panggil saja Tiara tidak perlu sebutan –Nona, kita seumuran bukan ? " ucapku pada Alice.

Saat sedang asik mengobrol dengan alice tiba-tiba seseorang memegang punda ku. Dan saa aku membalian badan itu ternyata adalah bibi ku,

" Tiara kau sudah kembali kah ? " ucap Bibi Emilia sambil tersenyum di belakang ku.

Dia adalah Ayasaka Emilia, salah satu dari lulusan terbaik akademi Heavenly knight.dan juga salah satu mantan tentra kerajaan yang tidak terkalahkan kedua setelah Shikizuna Shizuku.

" Tiara di mana Shin, bibi tidak melihatnya?" ucap Bibi Emi sambil melihat ku.

"Shin sudah masuk terlebih dahulu tadi bibi. "

"Ouh begitu rupanya, bibi masuk terlebih dahulu yah, " ucap bibi Emi sambil masuk kedalam mansion.

Kemudian disusul oleh diriku dan juga Alice. Saat di dalam bibi Emi bertemu dengan Shin.

" Shin kenapa dengan raut wajahmu ? " ucap bibi Emi pada Shin.

" Itu bukan urusan ibu juga, " jawab shin dengan nada kesal. Sikap Shin berubah dia menjadi sangat dingin berbeda dengan Shin yang tadi.

" Ouh jadi begitu, sekarang ibu paham kenapa kau menjadi dingin pada ibu " ucapbibi Emi sambil tersenyum kecil.

" Apa maksud bibi?" Tanyaku kepada bibi Emi karena aku tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Namun apa yang kemudian terjadi adalah  Bibi Emi melepas kalung yang sedang dia pakai dan mengalungkannya pada shin.  Aku dan juga Alice hanya bisa terdiam melihat saat bibi Emi mengalungkan kalung tersebut pada Shin.

" Ibu, bukan kah ini adalah barang berhaga milik ibu?, kenapa ibu memberikanya kepadaku ? " ucap Shin terkejut.

" Bagi ibu tidak ada yang lebih penting dari anak ibu yang satu ini. " ucap Bibi Emi sambil mengecup kening Shin.

Kami yang sedang berada di sana terkejut dan Alice mukanya tampak sangat merah, Dia terlihat sangat menyukai Shin.setelah melihat ekpresinya aku bertanya kepada alice.

" Alice apakah kau suka pada Shin? " Tanyaku kepada Alice, Awalnya Aku hanya ingin menjahili Alice, tapi Alice menganguk yang menandakan dia suka pada Shin.

"Yah… Begitulah Nona. Saya sudah sangat menyukai Shin dari awal kami bertemu, bagi saya dia adalah "Eternal pride" Dalam kehidupan saya." ucap Alice sambil menutup wajahnya Karena rasa malunya.

" Yang benar saja shin, dia bahkan sampai bisa merebut hati Alice yang polos ini!. Dia sunguh sangat popular"dalam hati ucap ku sambil menahan untuk teriak.

Aku tidak menyangka bahwa gadis seperti Alice bahkan tunduk pada Shin, Apakah sebegitu Tampannya kah dia, sampai semua gadis bisa tunduk dalam pelukan ketampanannya, hah~~ padahal menurutku dia biasa saja. Shin itu jika sudah keluar rumah selalu dan pasti akan ada gadis yang terpesona melihat wajahnya, Hah~.

Tapi menurutku Shin dan juga diriku tidak jauh berbeda, kami sangat popular di-antara gadis dan juga pria di kota ini. Bahkan beberapa waktu yang lalu ada gadis yang menembak Shin Tetapi dia malah menolaknya.

" Shin kau pasti marah karena Tiara menanyakan sesuatu yang berhubungan tentang akademi itu bukan ?" ucap bibi Emi pada Shin, Entah kenapa bibi bisa tahu apa yang membuat Shin marah. Kemudian shin menganguk kepada Bibi Emi.

firasat seorang ibu memang tidak pernah salah. Saat diriku mendengar itu aku menjadi ingat bahwa tadi aku menanyakan seperti apa akademi itu pada Shin, Apakah dia marah Karena itu?.sungh sikap yang kekanak-kanak sekali.

"Tiara, maaf atas kelakuan Shin. hanya saja dia sangat kesal karena dia dulu pernah mengikuti suatu tes dan gagal, dari situ dia mulai bersikap bodoh seperti tadi." ucap bibi Emi sambil meminta maaf karena sikap Shin yang kekanak-kanakan.

"Tidak bibi, Aku yang salah. Tadi a bertanya kepada shin apakah ada suatu test untuk bisa masuk ke Akademi Heavenly knight. Dan aku juga yang salah... karena aku tidak mengetahui itu."

" Halo. Semuanya apa yang terjadi disini!? "ucap ayah muncul dari belakang ku.

Saat kami sedang berbicang, ayah muncul dari belakang sambil membawa koper. ini berati ayah sudah selesai dari amerika untuk kerja sama meneyelesaikan untuk mengembangkan senjata di Amerika. dan senjata yang sedang merea kembangkan adalah senjata muasal pencipta. Gungnir.

"Ayah, kau sudah pulang… " ucap ku sambil memeluk ayah dengan sangat kencang.

" Woah.. Tiara kau masih manja ya? Ya-ya ayah sudah pulang Tiara. " ucap ayah sambil mengelus-elus kepala ku.

" Onii-chan bagaimana. Apakah kau berhasil mendapatkan kontrak mereka " ucap bibi Emi mendekat.

" Ya sudah pasti, mereka menyetujui kontraknya." ucap ayah tersenyum bahagia.

Setelah itu kami semua menuju ruangan tamu. Ayah pergi menuju kamarnya untuk mengganti bajunya. Kami menunggu ayah di ruangan tamu. Saat ayah turun, paman Yasaou juga datang setelah menjaga toko milik ayahku.

" Ouh yasaou, kau baru pulang."

" Ya kak Touru , aku baru saja menyelesaikan masalah yang terjadi di dekat gerbang. " ucap paman Yasaou.

" Masalah apa !?. Apakah ada masalah di toko? " ucap ayah sedikit terkejut.

" Bukan begitu, hanya saja ada beberapa kabar yang bilang seseorang dengan rank SSS akan muncul di kota ini. Oleh karena itu warga menjadi sedikit takut.

Setelah itu kami mendengarkan perkataan paman Yasaou. Rank SSS sering kali sangat di puja-puja. Karena kekuatannya yang besar bisa membawa kemakmuran atau bisa juga membawa bencana.

Di tengah-tengah cerita paman yasaou aku bediri dan berkata kepada ayah ku. " Ayah ada sesuatu yang ingin aku sampaikan. " ucapku pada ayah. Semua yang di sana berhenti berbincang saat aku bicara.

" Ada apa Tiara!? Tampaknya serius sekali?"

"Ayah bolehkah aku dan juga Shin masuk ke Akademi Heavenly knight..Aku mohon ayah."

Ucap ku dengan tegas, sambil membungkukan badan pada ayah, Semua orang termasuk bibiEmi dan yang lainnya terdiam.  Setalah Aku pikirkan kembali ucapannya si Shin rasa dengan diriku belajar di akademi itu aku bisa belajar mandiri, dan aku juga bisa mencari kak Hayato. Aku terlalu dimanjakan oleh ayah, aku juga ingin membanggakan untuk ayah.

" Tiara, bisa ikut ayah sebentar. Kalian semua juga ikut dengan ku " ucap ayah sambil berdiri dan berjalan. menuju salah satu kamar yang selalu dikunci dan dilarang untuk mendekatinya.

Kamar itu sudah beberapa tahun lalu selalu di kunci, dan yang memengang kunci kamar tersebut hanya ayah dan juga ibunya Alice yaitu Alicia. Alicia adalah kepala pelayan di mansion kami.

" Ayah akan memberimu sesuatu yang sudah lama ayah dan ibu ingin berikan tujuh tahun yang lalu. " ucap ayah sambil memasukan kunci kamar tersebut.

Ketika ayah membuka kamar terlihat, semua buku tersusun rapi dan tidak ada debu satu pun di ruangan itu. Ayah kemudian mendekati rak buku dan menarik salah satu buku yang terjadi muncul sebuah ruangan.

" Onii-chan ruangan apa ini !?" ucap bibi Emi terkejut dengan yang dia lihat.

" Ini adalah ruangan kerja milik Shizuku. Dan semua ini adalah barang-barang miliknya. "

Semua barang-barang milik ibu sangat mewah dan juga keren sekali, disana terdapat rak buku yang cukup besar dan beberapa senjata yang dipajang di dinding ruangan.

"Tunggu.. kalian belum melihat seluruhnya.  " ucap ayah sambil menarik buku yang bertuliskan Magic Sword and Railgun.

Saat ayah menarik buku tersebut ruangan itu mulai bergetar dan muncul sebuah tanggan yang mengarah ke ruangan bawah tanah. Ayah kemudian memasuki ruangan tersebut dan kemudian di ikutin oleh kami semua, di dalam sini sangat gelap karena tidak ada penenrangan aku mengunakan sihir cahaya dan membuat sebuah  bola cahaya yang berfungsi sebagai penganti lampu.

Beberapa saat kemudian kami sampai ke dasar ruagan tersebut. Dan menemukan empat buah kotak yang berwarna Merah, Biru, Hijau, Dan Unggu.

" Ayah apa itu!? " ucap ku dengan nada terkejut melihatnya.

" Tiara bukalah kotak merah itu " ucap ayah menyuruhku. Membuka salah satu kota yang ada di depan ku.

Tampa keraguan sedikitpun aku membuka kotak tersebut. Dan saat aku membuka kotak tersebut aku melihat ada dua senjata, yaitu sebuah senapan angin berwarna merah, dan dua buah pedang berwana Gold dan cakrawala.

" Ayah apa ini " ucap ku dengan nada terkejut.

" Itu adalah hadiah ulang Tahunmu yang ke-Enam waktu itu."

" Ayah, jadi ini adalah… " ucapku sambil menahan air mata.

" Ya, itu adalah hadiah terakhir dari ibumu Tiara. Dan juga, Ibumu berpesan agar memberikan hadiah itu saat kamu berumur enam belas tahun.

Saat mendengar itu air mata ku tidak biaa ku bendung lagi. Semua kenangan teringat kembali olehku. Rasa sedih, marah, benci, dan juga bahagia. Semua terkumpul di dalam hatiku. Di saat itu juga air mataku tidak bisa berhenti menetes dari kelopak mataku. Kenangan terahir bersaa dengan seorang ibu yang sangat mendalam.

Ingatan yang dulunya aku pendam, kini mulai kembali kepada ku, semua kenangan tentang pengorbanan seorang ibu yang tak tergantikan untuk selamanya. JIwa nya akan selalu berada di dekat anak dan orang yang dia sayang.