"E-eh? Tante tau Rafandra di sini?" Nadia langsung kikuk seketika.
"Iya, Tante tau. Waktu itu Tante lihat postingan seseorang di sosial media dan melihat ada foto kamu sama Rafa di kedai ini. Jadi, kebetulan karena tante lewat jadi tante sekalian mampir," jelas Siska pada Nadia yang terlihat sangat kebingungan.
Setelah mendengarkan penjelasan dari Mamanya Rafandra itu, Nadia langsung menyunggingkan senyumnya karena kini ia paham. Sebenarnya Nadia sendiri juga tahu bahwa ada beberapa fotonya bersama dengan Rafa yang disebarkan secara bebas dan tidak izin di banyak akun sosial media orang-orang karena waktu itu Rafa yang membantu dirinya untuk menjadi barista di kedai kopi tersebut.
Entah mengapa Nadia sama sekali tidak keberatan jika fotonya dan Rafa tersebar di dunia maya karena ia merasa itu sama sekali tidak merugikan dirinya. Nadia adalah tipe orang yang tidak pernah peduli dengan keadaan sekitar jika hanya menyangkut tentang dirinya dan tidak terlalu penting untuk diurusi.
Jadi, Nadia sama sekali tidak mempermasalahkan orang-orang yang sudah mengunggah foto-fotonya tanpa meminta izin terlebih dahulu asalkan semua itu tidak digunakan untuk hal-hal yang merugikan orang lain.
Sementara itu Siska melihat Nadia sebagai sosok gadis yang sangat sopan dan menghargai orang lain. Bisa dilihat dari bagaimana tindakan dari Nadia yang selalu menatap lawan bicaranya ketika sedang menjelaskan. Siska sepertinya tidak keberatan sama sekali jika putra bungsunya itu dekat dengan Nadia.
"Kamu masih lama bekerja di sini? Kapan kamu pulang?" tanya Siska tiba-tiba.
"Masih sekitar 1 atau 2 jam lagi, Tante. Memangnya ada apa ya?" jawab Nadia dengan jujur.
"Tidak ada, ini sudah hampir jam 5. Tante pikir kamu kerja tidak sampai malam, ternyata bisa sampai jam 7 malam juga ya?" ucap Siska sambil tersenyum tipis.
"I-iya, Tante. Terkadang juga jam 10 baru bisa pulang karena kedai ramai," sahut Nadia dengan ragu.
Mendengar bahwa gadis itu pulang sangat larut membuat Siska sedikit heran dan bertanya-tanya apa yang membuat gadis seusia Nadia ini harus bekerja dengan keras sampai harus rela pulang malam seperti ini.
Ingin rasanya Siska bertanya apa yang menjadi alasan Nadia bekerja di usianya yang masih sangat muda, namun ia takut jika pertanyaannya itu akan menyangkut privasi gadis cantik itu. Maka dari itu, Siska mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang alasan kenapa Nadia memilih untuk bekerja setelah selesai jam sekolah.
"Kalau begitu lebih baik setiap hari kamu diantar pulang sama Rafa daripada harus pulang sendirian," ucap Siska dengan tenang sambil mengalihkan pandangannya pada Rafa.
Mendengar itu Nadia langsung melotot seketika, ia sangat terkejut ketika Siska meminta agar putranya mengantarkan dirinya jika pulang bekerja. Hal seperti itu akan sangat merepotkan Rafa dan juga Nadia bukan tipe orang yang dengan mudah menerima bantuan dari orang lain.
Tentu saja gadis itu akan menolaknya begitu saja tanpa berpikir dua kali.
"T-tidak perlu, Tante. Nadia bisa pulang sendirian karena biasanya Nadia juga pulang sendiri tanpa ada yang menemani lagi atau mengantarkan Nadia," ucap Nadia dengan gugup karena ia benar-benar merasa tidak enak hati baik pada Siska maupun pada Rafa.
"Jangan menolak, bahaya kalau anak gadis pulang sendirian malam-malam. Kalau memang kamu enggak mau Rafa antar tepat di depan halaman rumah kamu, kan bisa turun beberapa meter dari jalan rumah kamu," tutur Siska.
Nadia terdiam lalu memandang Rafa yang hanya mengendikkan bahunya acuh karena ia sama sekali tidak keberatan jika harus setiap hari mengantarkan Gadis itu dan justru ia akan sangat senang sebab dirinya bisa menjadi lebih dekat lagi dengan Nadia.
Kini Nadia sudah terdiam dan tidak tahu harus menjawab apa lagi karena bagaimanapun juga dirinya berusaha untuk menolak pasti Siska tidak akan berhenti untuk meyakinkan dirinya dan memintanya untuk menerima bantuan dari Nya dan meminta Rafa untuk mengantarkannya pulang setiap hari setelah bekerja.
Dan hal yang seperti ini membuat Nadia berpikir bahwa apa yang ia dapatkan kali ini harus ia syukuri atau tidak sebab jika ini semua terjadi maka sudah bisa dipastikan bahwa dirinya dan Rafa akan menjadi lebih dekat dan itu akan membuat Bianca semakin tidak menyukai dirinya.
Sebenarnya kalau boleh jujur Nadia sangat senang jika dirinya memiliki teman baik seperti Rafa yang bisa membantunya setiap saat, namun Nadia masih terus mengingat bagaimana perkataannya kepada sang adik di mana ia sudah berjanji bahwa tidak akan dekat dengan remaja lelaki itu.
Nadia benar-benar tidak ingin membuat Bianca kecewa padanya, tetapi semakin Nadia berusaha untuk menjauhi Rafa justru ada saja hal yang membuat mereka semakin dekat hingga mereka bisa sedekat ini dan bahkan Nadia sudah mengenal orang tua Rafa.
Beberapa saat Nadia hanya diam dan melamun, tentu saja hal ini membuat Siska dan Rafa sedikit keheranan pada Gadis itu karena tiba-tiba terdiam dan tidak merespon sedikitpun.
"Nadia, kamu baik-baik saja kan? Kenapa tiba-tiba diam dan melamun? Apa kamu ada masalah?" tanya Siska penuh dengan perhatian.
Nadia menggelengkan kepalanya, "tidak ada masalah sama sekali, tante. Hanya saja Nadia benar-benar tidak ingin merepotkan Rafa ataupun Tante," jawabnya sambil tersenyum tipis.
"Tidak masalah, justru sebenarnya tante harus mengucapkan terima kasih sama kamu, dengan alasan kamu adalah orang lain yang pertama bisa dekat dengan Rafa selain keluarganya," ucap Siska dengan bangga.
Mendengar itu Nadia sama sekali tidak menyangka bahwa sebenarnya Rafa tidak cukup pandai dalam bergaul. Awalnya Nadia benar-benar berpikir bahwa Rafa adalah tipe orang yang sangat ramah pada siapapun, karena ia mengingat di mana kejadian Bianca mengajaknya ke kantin dan dengan cepat tanpa berpikir dua kali remaja laki-laki itu langsung menyetujuinya dan ikut bersama dengan Bianca.
Namun siapa yang menyangka bahwa ternyata Rafandra itu memiliki sifat atau kepribadian yang jauh berbeda dari biasanya orang lain lihat. Dan ketika Nadia mengetahui bahwa dirinya adalah pertama yang bisa dekat dengan Rafa, entah mengapa ia merasa bahagia tanpa alasan yang jelas.
"Tante hanya berharap sama kamu, supaya kamu bisa berteman baik dengan Rafa dan kalian bisa saling membantu satu sama lain untuk waktu yang lama," ucap Siska sambil menatap Nadia dan Rafa secara bergantian.
Mendengar itu Rafa hanya bisa tersenyum senang karena ia merasa bahwa Mamanya itu benar-benar menyukai Nadia di kali pertama mereka bertemu. Sementara Nadia sendiri sudah tidak bisa berkata-kata lagi, karena dia sudah tidak bisa berpikir dengan dan terus memikirkan apa yang akan ia katakan pada Bianca jika dirinya masih terus menerus dekat dengan Rafandra.