Chereads / Me and My Bos / Chapter 2 - Mengingat Kembali

Chapter 2 - Mengingat Kembali

Kegilaan itu semakin menjadi, tak kuasa untuk menahannya kembali. Tangan beralih ke arah blouse yang dikenakan oleh sekretaris cantiknya, manik kancing dibukanya satu persatau. Terpampang indah sesuatu makin membuatnya tak kuasa menahan. Berbalut dengan sebuah pakaian dalam warna hitam, pemandangan itu sungguh menggoda untuk di sentuh dan dimainkan.

Kiara menggeliat perlahan, ketika jari-jari sudah mulai menari di atas tubuhnya. Aditya mengukir senyum, entah mengapa semua terasa berbeda dari setiap malam pernah dilalui bersama wanita lain. Suara dari Kiara pun, terdengar lebih seksi dan memanjakan telinga. Perut datar mulus itu di belai dengan jari, semakin menjadi gerakan dari Kiara.

Tangan berotot miliknya, mengangkat tengkuk Kiara untuk sekedar membetulkan posisi dan membebaskan perempuan itu dari setiap apa yang menempel pada tubuhnya. Dia mengagumi dengan lebih, semakin keindahan itu terlihat dan semakin ia tak kuasa untuk lebih lama menunggu. Wajahnya mendekat, tak membiarkan ada celah tersisa.

"Kau yang menggodaku, Sayang. Maka jangan salahkan aku," busuknya lirih, meniupkan napas lembut pada telinga Kiara.

Aditya mengubah tangan dengan bibir untuk menyusuri setiap keindahan juga lekukan yang terpahat indah. Semua tak ada yang terlewat, sesekali kedua matanya terangkat hanya untuk bisa menyaksikan bagaimana ekspresi dari sekretaris yang entah masih suci atau tidak.

Apa menjadi tujuannya, dilancarkan oleh lelaki seketika membulatkan kedua mata sempurna. Aditya menghentikan sejenak, dia menatap wajah berderai air mata usai sebuah rintihan kesakitan keluar dari bibir sudah di lahap rakus tadi.

"Virgin?!" membulat kedua mata Aditya hebat.

Terkejut bukan main lelaki bertubuh kekar itu begitu tahu jika sekretaris kerap dikagumi ternyata masih suci. Akan tetapi, tidak dipungkiri pula jika Aditya merasa senang. Karena tubuh Kiara belum pernah ada yang menjamah selain dirinya, kesucian itu telah menjadi miliknya.

Heran memang, dalam zaman seperti sekarang masih ada perempuan tetap membiarkan kesucian terjaga walau usia sudah di angka 27 tahun. Awalnya ia mengira jika Kiara sama dengan yang lain, tak lagi suci dan selalu membiarkan para lelaki menikmati sesuka hati.

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu. Semua akan baik-baik saja," ucap Aditya, mengecup kening Kiara lembut untuk sekedar menenangkan.

Tidak sama dengan sikapnya pada wanita lain, Aditya memperlakukan Kiara dengan begitu lembut. Jika biasanya ia membuat ranjang hingga hampir patah, kini tidak lagi karena tahu kalau itu adalah hal pertama untuk perempuan yang memeluknya erat tanpa sadar.

Hingga sebuah kenikmatan itu dicapai olehnya, Aditya masih berlaku lembut walau sempat mempercepat karena ingin segera memuntahkan apa yang sengaja ditanamkan lebih dalam. Bukan tidak tahu jika semua akan berakhir pada kehamilan, dia mengetahui dengan sangat. Tapi, justru sengaja menanamkan benih dalam rahim Kiara dengan kenikmatan luar biasa diraih.

Walau terkesan seperti lelaki brengsek yang menikmati perempuan tanpa kesadaran, Aditya tidak mempedulikan. Asal dia bisa mendapatkan apa yang sudah di dambakan, dan menjadikan itu sebagai upah karena telah membopong tubuh Kiara sampai kamar.

Bersama peluh yang membasahi tubuh, Aditya terkulai di atas tubuh Kiara. Hingga napas dapat di atur normal, Aditya baru berpindah ke samping perempuan lebih dulu mencapai kenikmatan tadi. Dia memeluk tubuh Kiara, melingkarkan tangan pada perut datar dengan wajah di dekatkan. Hidung mancung Aditya bahkan menempel pada sisi wajah sekretaris tampak kehabisan napas dan terengah walau kedua mata terpejam.

Aditya memang selalu berusaha mendapatkan apa diinginkan, meskipun itu harus melalui jalan yang licik. Baginya, semua itu adil untuk dilakukan karena tak akan pernah ada sebuah kesempatan yang datang hingga kedua kalinya. Lelaki yang bahkan tak pernah segan untuk menghancurkan orang lain tanpa ada sisa itu pun, tak pernah menganggap sebuah jalan salah sebagai kesalahan.

Untuk Aditya, malam ini adalah sebuah malam paling indah di antara malam-malam yang pernah dia lalui. Lelaki itu menenangkan diri sembari memulihkan stamina. Cukup? tidak, dia tidak merasa cukup dan ingin mengulangi lagi hingga benar-benar puas dirasakan.

⁰⁰⁰

Pagi hari, Kiara terbangun dari tidur. Tenggorokan terasa kering, dia mengecap mulut kosong dan berusaha menelan saliva. Kepalanya terasa berputar, namu ia berusaha untuk duduk dan mencari-cari air untuk sekedar membasahi tenggorokan. Ditemukannya sebotol air mineral lalu di buka dan di teguk hingga tersisa sedikit. Kiara belum benar-benar tersadar akan kondisinya dirinya saat ini.

Hawa dingin terasa menusuk ke dalam tulang, Kiara menarik selimut untuk menutupi tubuh. Akan tetapi, tangannya menyentuh bagian tubuhnya sendiri, seketika menyadarkan diri dan membulatkan kedua mata hebat. Ia mengintip ke balik selimut, di dapatinya tubuh tanpa ada apa pun yang menutup.

Seakan terhenti detak jantung dari Kiara, terlebih saat ia menoleh ke arah samping dan melihat lelaki amat dikenal tengah terpejam dengan dada terbuka lebar. Kiara tidak bisa menghentikan diri untuk berteriak kencang, mengejutkan Aditya seketika gelagapan dan duduk. Ia menoleh ke arah Kiara, lalu menggunakan kedua siku sebagai tumpuan.

"Kamu ingin membuat dunia ini runtuh?!" tegas Aditya menatap Kiara.

"A-apa yang sudah terjadi?!" terbata Kiara bersama nada sedikit gemetar.

"Coba ingat apa yang sudah kamu lakukan padaku semalam, kamu memaksaku untuk melakukan hal itu." Aditya menjawab dengan santai, lalu merebahkan tubuh dan tengkurap mengarahkan kepala ke samping kiri membelakangi Kiara.

"Ma-maksud, Anda?! kembali terbata perempuan dengan kedua tangan menahan selimut hingga leher.

"Ingat sendiri, aku masih mengantuk!" tegas Aditya, memejamkan kedua mata.

Kiara mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, tapi tidak satu pun kejadian mampu diingat olehnya, selain rasa pusing dirasakan kuat. Terakhir yang diingat hanya dirinya meraih minum dari tangan bosnya dann tak mengingat apa yang terjadi setelah itu.

Kepala masih terasa berputar, dipukulnya berulang untuk bisa mengingat apa yang telah terlewat semalam. Mata terus terpejam paksa, berusaha menangkap bayangan yang tak pernah terlintas sekalipun walau telah berusaha.

"Apa aku gila? jangan jangan memang aku merayunya ketika mabuk. Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan?" gumam batin Kiara cemas.

"Ah, kenapa sakit sekali rasanya. Tuhan, apa yang sudah aku lakukan? kenapa aku tidak mengingat apa pun?" kembali Kiara bergumam dalam batinnya sendiri, merasakan rasa sakit pada miliknya.

Perlahan Kiara bangkit dari tempat tidur setelah meraih satu kemeja dilantai untuk dikenakan. Tidak peduli lagi jika itu adalah kemeja bosnya, ia terus mencoba berjalan menuju kamar mandi menekan rasa sakit pada miliknya, atas permainan berulang yang dilakukan Aditya semalam. Lelaki itu memang terus mengulang, ketika dirinya lelah dan tertidur, lalu bangun dan menikmati kembali hingga sekarang tubuhnya serasa rontok.

Dalam kamar mandi, ia menatap ke arah cermin dimana wastafel ada di sana. Wajah, rambut semua terlihat berantakan. Matanya terurai air mata melihat kondisi dirinya saat ini. Kiara merasa hancur, malu dan tak tahu harus berbuat apa, jika memang benar ia sendiri yang mengajak bosnya melakukan hal terlarang itu semalam.

Tubuhnya diperhatikan seksama. Terlihat banyak tanda merah di leher juga dada. Terus mengamati dan merasa jijik sendiri pada dirinya saat ini. Bagaimana dia akan bertanggung jawab akan apa yang terjadi, bagaimana dia akan bisa menatap bosnya setelah ini.

Pikirannya terlalu penuh akan banyak pernyataan-pernyataan yang dibuatnya sendiri tanpa ada jawaban yang pasti. Mempercayai begitu saja apa yang dikatakan oleh Aditya, dia tahu ketika orang mabuk pasti akan melakukan hal-hal tidak masuk akal dan di luar batas tanpa pemikiran.

Karena bagaimanapun juga Aditya adalah seoran bos yang dingin dan tegas, sudah jelas tidak akan pernah mengajak untuk melakukan hubungan seperti itu. Apa lagi dia hanya seorang sekretaris biasa yang tak mungkin bisa memikat lelaki semacam Aditya. Terus Kiara berpikiran seperti itu.

Tak lagi berani keluar yang diketahuinya jika Aditya masih ada di sana. Kiara tetap terdiam di dalam kamar mandi, membersihkan dirinya, menghilangkan bau parfum terlalu kuat melekat milik Aditya. Aroma maskulin yang menyegarkan, namun membuatnya merasa takut dan bersalah ketika hidungnya mulai mencium aroma itu.