"Apa dia bunuh diri?" batin Aditya bertanya, menatap kearah pintu kamar mandi masih terkunci dari dalam.
Membuka selimut dan mulai mengenakan celana, Aditya melangkahkan kaki ke arah depan pintu kamar mandi. Tangannya mengetuk pintu berwarna putih di hadapannya, di mana Kiara tak keluar dalam waktu cukup lama.
"Hei, apa kamu mati di dalam?" tanya Aditya mengetuk pintu.
Terkejut akan ketukan pintu berulang dari arah luar yang beriringan dengan suara besar di sana, Kiara membulatkan mata dan kebingungan. Tak tahu harus apa dan bagaimana, perempuan sudah mengenakan kimono handuk itu hanya mondar mandir di kamar mandi dengan rambut basah tergulung handuk.
"Kamu buka atau aku akan panggil orang untuk membukanya?! biar mereka tahu apa yang kita lakukan!" ucap Aditya seraya mengancam.
Kiara makin gelisah, keluar akan merasa malu, namun jika tak keluar juga pasti lebih malu kalau sampai ada yang tak tahu hal ini. Bagaimanapun juga Aditya tidak pernah mengingkari apa yang dikatakan. Saat ia mengatakan a maka akan menjadi a, tidak akan pernah berubah.
Membuang napas panjang berulang kali. perlahan Kiara melangkah ke arah balik pintu. Tangannya ragu untuk membuka, berulang kali ingin membuka dan mengurungkannya, terus seperti itu sampai akhirnya Aditya menggedor lebih kencang.
Cukup tiga kali pukulan dari luar pintu, sudah berhasil membuat Kiara membuka pintu. Wajahnya tertunduk, menyatukan tangan di depan perut. Ia tak berani menatap ke arah laki-laki tengah berdiri di hadapannya.
"Kamu ingin menggodaku dengan hanya memakai ini?" tanya Aditya menyentak seseorang dengan pandangan tertuju ke bawah dihadapannya.
"Saya baru akan mengambil pakaian saya," lirih Kiara melangkah melewati Aditya.
Aditya cepat menarik pergelangan Kiara yang melewatinya, menyandarkan tubuh gemetar itu di dinding dan menguncinya mengenakan kedua telapak tangan diletakkan pada dinding, tepat pada kedua sisi wajah Kiara. Kepalanya menunduk, mencoba melihat wajah sekretaris telah memberikan kenikmatan sempurna untuknya semalam.
Napas laki-laki dihapannya seolah mampu di rasakan. Kiara menutup mata, memiringkan wajah ke samping kanan. Dadanya berdetak sangat cepat, napasnya memburu tanpa alasan. Aditya meraih dagu dari orang yang menghindari untuk menatapnya. Menaikkan sedikit dagu Kiara yang tengah memejamkan kedua mata paksa.
"Tidak merasa bersalah atau ingin bertanggung jawab atas semalam?" tanya Aditya menatap lekat wajah cantik dan segar Kiara, matanya masih terpejam namun bibir merah alami itu seolah berusaha menarik gairah Aditya untuk memberontak.
"Tatap aku saat aku sedang bicara!" tegas Aditya mengejutkan Kiara dan cepat membuka mata, sampai kini kedua mata mereka saling beradu.
Entah mengapa ketika mata indah itu menatap ke arahnya, Kiara semakin tak menentu akan perasaan juga debaran jantungnya sendiri. Tidak pernah sebelumnya mereka begitu dekat sampai hidung hampir menempel, karena wajah Aditya terus menunduk dengan tatapan tertuju pada kedua mata Kiara.
"You love Me, right?" lirih Aditya bertanya.
"Ya!"seru Kiara menjawab tanpa sadar, seolah terbius akan tatapan memabukkan bosnya.
Aditya menyeringai tipis mendengar jawaban Kiara. Ia meraih pinggang di hadapannya mendekat, lalu mendekatkan wajah hendak mencium bibir dihadapannya. Tapi Kiara cepat menghindar dari wajah sudah sangat dekat itu.
"Dasar bodoh, apa yang aku katakan? kenapa dia seperti memantraiku sekarang? aku melakukan dan mengatakan apa yang berlawanan dengan hatiku!" batin Kiara memaki dirinya sendiri.
"Bagaimana jika dia salah paham dan menganggapku murahan? Tuhan, kenapa aku harus terjebak dengannya seperti ini? sadarlah Kiara, dia adalah buaya!" tambah kembali Kiara berkata dalam hati.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya minta maaf jika memang telah memaksa Anda melakukan hal itu. Saya akan menyerahkan surat resign saya hari ini, permisi!" ucap Kiara lalu melangkah pergi ke arah tempat tidur mengambil semua pakaian yang berantakan di lantai.
Mendengar ucapan itu, Aditya tertegun dan langsung mengejar Kiara, menghempaskan tubuh tersebut ke atas ranjang, memegang kedua tangannya kuat di atas kepala Kiara. Aditya langsung menikmati bibir Kiara, semakin lama semakin beringas ia menikmati, hingga Kiara kualahan dan hampir kehabisan napas.
"Aku bukan orang yang bisa kamu campakkan seperti sampah!" geram Aditya, menyibakkan kimono handuk dan terpampang tubuh belum terbalut apa pun di baliknya.
"Apa yang akan Anda lakukan?" gemetar Kiara dengan tangan masih tertahan oleh satu tangan kuat bosnya.
"Membalas apa yang telah kamu lakukan semalam!" jawab singkat Aditya, memindahkan wajah ke arah dada.
Meronta ingin melawan dalam hati, tapi tubuhnya seakan sangat menikmati setiap sentuhan itu. Hati dan tubuhnya tidak bisa bekerjasama, sampai bibir itu refleks mengeluarkan suara-suara seksi tanpa perintah. Seakan tak sadar apa pun yang keluar dari bibirnya, Kiara sangat menikmati sentuhan bibir lembut pada tubuhnya.
"Menikmatinya? enak?" senyum sinis mengukir indah pada wajah tampan Aditya.
Terus Aditya melakukan serangan demi serangan pada Kiara, tangannya menarik tali kimono masih terikat di perut Kiara. Terbuka sudah semua dan menampakkan kembali tubuh indah sekretaris cantiknya. Semakin terlihat indah dan menggoda dari pada semalam, bahkan bau segar usai mandi semakin menarik Aditya mendekat.
Celana pendek yang dikenakan, ditarik cepat Aditya. Mengangkat tubuh sudah lemah karena pencapaian nikmat pertama yang dilakukan oleh jari jari dan bibirnya. Tidak ada lagi tenaga ketika kenikmatan itu sudah di raih, tubuh bergetar dan menegang Kiara mudah di nikmati oleh Aditya.
"Aditya...." lengkuh Kiara panjang ketika Aditya mulai menerobos masuk kembali pada miliknya.
Aditya menyeringai mendengar namanya di sebut sangat seksi dan menggoda.
"Panggil namaku seperti itu, aku menyukainya!" lirih Aditya tersenyum.
Irama pelan berubah semakin cepat dan cepat beriringan suara kenikmatan keluar dari bibir Kiara. Suara itu semakin menjadi dan mengeras tanpa aturan ketika laki laki di atas tubuhnya semakin menggila dengan permainan.
Tubuh itu diperlakukan sesuka hati, melakukan dalam keadaan sama-sama sadar terasa lebih nikmat. Aditya mengubah posisi agar Kiara bisa bergerak bebas dan mengambil alih permainan.
"Kamu sangat nikmat" rancau Aditya di tengah permainan.
Tubuh seksi masih dipegang kedua pinggang itu, mengeluarkan bulir bulir keringat dengan napas terengah. Aditya terus membimbing pinggang itu semakin cepat sampai kenikmatan diraih Aditya, menanamkan semua benih didalam dengan sengaja dari semalam.
Tubuh lelah Kiara di dekap erat oleh Aditya tanpa melepas apa yang tetap tertanam di bawah. Kiara pun memeluk erat tubuh Aditya dalam kelelahan yang mendera. Tubuh lemas, keringat mengucur, napas coba di aturnya dengan tetap melingkarkan lengan pada tengkuk laki laki tidak akan pernah puas itu.
Tidak tahu apa tujuan Aditya yang sengaja menanamkan benihnya dalam rahim Kiara dari semalam. Bahkan pagi ini pun ia menanamkan kembali dengan sengaja menahan agar tidak satu pun keluar, dan bisa membuahi di dalam.