"Mami, mau ya jadi penyanyi dangdut di acara pestanya, Tante Emak!" pinta Marpuah dengan penuh harap.
"Emmm ...," Jeng Okta menundukkan kepalanya dengan raut wajah yang sulit untuk ditebak.
"Kenapa, Mi?" tanya Marpuah agak sedikit panik.
"Mami, gak mau ya?" tanya Marpuah dengan wajah yang kecewa.
Lalu perlahan-lahan Jeng Oktaf mengangkat wajahnya.
"IYA MAU DONG, PUAH!" teriak Jeng Oktaf dengan penuh semangat.
Dan tentunya juga dengan suara yang lantang.
"Wuah, beneran, Mi?!"
"Iya dong, Puah!"
"Asyik!" Marpuah pun dengan gemas memeluk Jeng Oktaf.
"Aduh, Puah! Meluknya jangan kenceng-kencemg dong! Leher Mami, kecekek!"
'Untuk! Uhuk!' Jeng Oktaf sampai terbatuk-batuk.
"Ini ada apa sih?" tanya Abah Rene yang tiba-tiba saja datang.
"Papi! Puah lagi senang banget, Pi!"
"Lah, emangnya lagi senang kenapa, Puah?!"
"Soalnya, Tente Emak, mau nikah, Pi!" jawab Marpuah.
"Tunggu, maksudnya, si Jinny?!" tanya Abah Rene memastikan.
"Iya, Mak Jinny!" jawab Marpuah.