Chereads / Cute Alligators / Chapter 25 - Pertengkaran Yang Masih Berlanjut

Chapter 25 - Pertengkaran Yang Masih Berlanjut

Terdengar suara gemuruh, benturan panci, teflon, piring dan lain sebagimanya di rumah Patria dan Jamillah.

Dan suaranya hingga sampai di rumah Juju.

Tentu saja hal itu membuat Juju, menjadi penasaran.

Tingkat kekepoan Juju naik 180°.

Akhirnya Juju mumutuskan untuk melihat apa yang sudah terjadi di rumah tetangganya itu.

Perlahan-lahan, Juju berjalan dengan cara mengendap-ngendap, lalu bersembunyi di bawah jendela, dan menguping pertengkaran Patria dan Jamillah.

Klontang!

Panji berukuran jumbo pun kembali melayang ke udara.

"Jamillah! Jangan lempar-lempar panci lagi! Nanti kalau penyok bisa dimarahi sama, Umi!" teriak Patria menghentikan tindakan Jamillah yang super duper barbar itu.

"Bodo amat! Jamillah kesel sama, Kak Patria! Masih untung Jamillah, adiknya, Kak Patria, kalau seandanya Jamillah, jadi emaknya pasti Jamillah udah kutuk kak Patria, jadi bangkong!" oceh Jamillah yang masih tampak marah kepada kakanya.

"Ih, la jelek amat jadi bangkong! Gak sekalian aja jadi ketonggeng?!" sahut Patria.

"Ah, masa bodo! Pokoknya Jamillah kesel sama, Kak Patria! Malas banget lihat mukanya! Bawaannya pengen nyentor pakek selang!" cerca Jamillah.

"La emangnya motor di sentor pakek selang?!" sahut Patria, "udahlah, Jamillah, kita baikkan aja deh, capek," tukas Patria dengan wajah yang tampak sudah lelah.

"Gak, bisa! Ini belum selesai!" cantas Jamillah.

Patria pun menarik nafas sesaat, untuk menahan emosinya karna semua harus di hadapi dengan kepala dingin, apa lagi Jamillah sedang dalam amarah yang sangat menggebu-gebu.

Dengan segera Patria memasukkan kepalanya ke dalam kulkas.

"KAK PATRIA ...!" teriak Jamillah growl.

"Iya ada apa sih, Jamillah?!" sahut Patria sambil mengeluarkan sesaat kepalanya dari dalam freezer kulkas.

"Kak Patria, ngapain masukin kepala ke kulkas?! Kita kan belum kelar berantemnya?!" tanya Jamillah dengan suara tinggi menuju akherat.

Dan Patria pun berjalan mendekat ke arah adik yang sedang marah tidak karuan itu.

"Jamillah, Kaka, tu lagi mendinginkan kepala, biar bisa berpikir jernih, karna setiap masalah itu harus di hadapi dengan kepala dingin," tutur Patria ala-ala Mario Bros.

Sedangakan Jamillah terdiam sejenak sambil memikirkan apa yang baru saja di ucapkan oleh kakaknya itu.

'Setiap masalah, harus di hadapi dengan kepala dingin? Maksudnya kepalanya harus di masukkin ke dalam kulkas gitu?' batin Jamillah yang bertanya-tanya dan tampak kebingungan.

"Ah, bodo amat gak peduli! Pokoknya Jamillah masih mau lanjut berantemnya sama, Kak Patria! Jamillah gak terima di katain dandanan Jamillah kayak genderuwo! Gak terima pokonya ... gak terima!" cantas Jamillah.

"Astagfirullah! Sadar, Jamillah! Kenapa kamu marah-marah, begini sih? Perasaan tadi yang marah, 'kan, Kak Patria? Sekarang kenapa jadi gantian kamu yang marah? Mana marahnya kayak orang kesurupan lagi!" cerca Patria.

"Bodo amat! Jamillah pokoknya kesel, sama, Kak Patria! Pokoknya bawaannya pengen nimpukin wajah, Kak Patria, pakek panci!"

"Jangan dong, Jamillah! Kalau sampai wajah, Kaka, yang ganteng ini kenapa-napa, bisa makin lama setatus jomblo ini!"

"Di bilang bodo amat! Ya bodo amat pokoknya!"

Klontang!

Kembali teflon si Umi melayang ke udara, dan tepat saat itu Patria pun menunduk.

Patria berhasil menghindar dari serangan Jamillah.

Dan teflon pun berseluncur ria melewati jendela.

Jedueng!

"WADAW! PALA GUE!"

Terdengar suara teriakan dari luar jendela, dan hal itu membuat Patria dan Jamillah kaget dan segera menuju jendela untuk melihat siapa yang berteriak tadi.

"JUJU!?" teriak kompak, Jamillah dan Patria.

Seketika Juju terbangun sambil memegang kepalanya yang benjol.

"Aduh, sakit banget ...." Keluh Juju.

"Kenapa hari ini banyak sekali bintang-bintang dan kupu-kupu yang terbang indah, mengelilingi kepala gue?" tukas Juju sambil tersenyum tak berdosa.

Nampaknya otak Juju, terjadi sedikit konsleting.

"Nah loh, Jamillah! Kayaknya dia gagar otak deh!" tukas Patria menakut-nakuti Jamillah.

"Ah, gak mungkin, masa cuman kena teflon, bisa gagar otak! Cupu banget!" cerca Jamillah seraya melipat kedua tangannya.

"Yah, kamu lihat dong, Jamillah, itu teflon mahal milik Umi yang mereknya Happy Miss Call, bisa kebelah jadi dua lo! Kebayang, 'kan gimana rasanya kepala Juju? Kayaknya setelah ini kamu juga bakalan kena marah sama Umi deh, soalnya perkakas dapurnya pada penyok gara-gara, kamu! Mana tu panci ama teflon masih 2x cicilan lagi!" tutur Patria.

Tapi bukannya takut, Jamillah malah melebarkan kedua pupil matanya, dan dia melipat kedua tangan serta berjalan menghampiri Patria.

Bulu kuduk Patria seketika merinding, sepertinya Jamillah akan segera berubah menjadi, Monster, sejak tadi Patria sudah merasa tidak enak, karna Jamillah tampak tak seperti biasanya.

Jamillah marah-marah terus dan kesalahan sedikit saja seperti di besar-besarkan oleh jamillah.

Dan bahkan saat ini yang seharusnya marah adalah dirinya, tapi Jamillah telah mengambil alih, dan Patria menjadi target yang di aniayaya, bukan yang menganiyaya.

Entalah, sepertinya Jamillah sedang di rasuki oleh setan penunggu pohon gandaria atau apa!

Yang jelas Patria merasa keselamatannya sedang terancam.

Akhirnya dia menyeret tubuh Juju sahabatnya sambil berlari.

Dan Jamillah masih berada di tempat dengan tatapan mematikannya.

Tapi setelah Patria menjauh, Jamillah mulai menenagkan dirinya.

Dia menarik nafas dalam-dalan lalu duduk di atas sofa. Setelah itu dia meraih coklat merk Cemani Queen, dari dalam sakunya.

Dengan santai Jamillah melahapnya.

"Oh, iya lupa, belum beli pembalut lagi ke mini market, sekalian ah beli Drink Abang-abang, biar gak emosian," tukas Jamillah seraya berdiri.

Rupanya hari ini Jamillah sedang datang bulan, oleh kerena itu emosinya begitu sulit terkontrol.

Jadi buat para lelaki, jika mengahadapi wanita yang sedang PMS, harus eksra sabar dan banyak istigfar.

Kadang pikiran kami, para kaum hawa selalu nyeleneh dan sulit di ungkapan oleh kata-kata.

Jangankan masalah besar, masalah kecil saja bisa menjadi mala petaka.

Setelah selesai meluapkan kekesalannya kepada Patria, Jamillah pergi ke mini market.

Kebetulan di depan mini market, Jamilla bertemu dengan seekor Pit Bull yang menggong ke arahnya.

Jamillah yang hatinya baru sedikit tenang itu pun kembali kesal karna lolongan si Pit Bull yang seperti sedang menghinanya, Jamillah merasa tersinggung dan langsung berjalan menghampiri hewan yang sedang di ikat di bawah tiang papan reklame itu.

Jamillah berjalan mendekat dengan nafas tersengal-sengal seraya bertolak pinggang.

"APA LOH, GONGGONGIN GUA?! BERANI LOH SAMA GUA?!" cantas Jamillah.

Seketika anjing yang terlihat sangar serta terkenal sangat galak dan kuat itu pun menunduk ketakutan, dan setelah itu mengambil ancang-ancang untuk berlari menghindari dari Jamillah.

Hewan berkaki empat itu berlalri sangat kencang, sambil membawa papan rekalame yang masih terikat dengan rantai di lehernya.

Dan dari dalam mini market, tampak Kong Oesman keluar dan berteriak-teriak dengan kencang mirip orang kesurupan.

"WOY! ANJING GUE KABUR! WOY!" teriak Kong Oesman.

"Aduh, baru juga di beli buat jagain kolam lele malah udah kabur!" gumam Kong Oesman sambil berlari tunggang langgang.

Jamillah pun hanya bisa terdiam dan bingung harus berbuat apa.

To be continued