"Puah, elu gak ada rencana turun di sini?" tanya Jamillah.
"Ih, kenapa kok, Jamillah, tanya begitu sama, Puah?"
"Ya enggak, sih, kan kali aja gitu elu mau turun di sini!"
"Ya, nanti dong, Puah, mah turunnya ya di Rawa Ceban! Karna rumahnya Puah, 'kan ada disana!" ujar Marpuah.
Bibir Jamillah cemberut hingga 5 cm, dia tak tahu lagi harus dengan cara bagaimana agar bisa membuat Marpuah turun dari angkot ini.
'Aduh, kenapa sih, pakek barengan satu angkot sama, si Tompel!' keluh Jamillah di dalam hati.
"Puah, kamu mending turun disini aja, karna kalau di sini, pasti kamu bakalan dapat cowok! Soalnya di sini itu banyak cowok-cowok ganteng lo," ujar Jamillah merayu Marpuah.
"Ah masa sih, perasaan di sini tempat pembuangan sampah, mana ada cowok ganteng di sini! Kalau para Pemulung sih, banyak banget," ujar Marpuah.
"Ye, Puah! Elu mah norak banget, Pemulung di sini mukanya kayak Oppa-oppa Korea, lo!" ujar Jamillah.
"Ah, serius! Jamillah, gak bohong gitu?"