Siang bolong yang begitu senyap, hanya terdengar suara nyamuk yang sedang terbang manja berlalu lalang meledek Marpuah dan juga Juju.
Juju yang awalnya banyak bicara dan jago menggombal, kini mendadak terdiam tak bergeming.
Begitu pula dengan Marpuah, yang biasa mulutnya cempreng mirip petasan banting, kini juga mendadak jadi pendiam.
Suasana hari ini begitu mirip dengan suasana ujian nasional, sepi dan semua fokus dengan diri masing-masing.
Detak jarum jam dinding kian terdengar nyata.
Benar-benar suasanya yang membosankan.
Semua itu terjadi, karna ulah si Abah Rene. Dia datang di saat yang tidak tepat.
Sudah tahu anaknya sedang berpacaran malah mengikuti dari belakang, dengan alasan ingin menjaga Marpuah.
Sambil menghisap sigaret, dengan cerutu, peninggalan zaman Megalitikum,
Abah Rene masih duduk santai tanpa merasa berdosa.
"Loh, kok kalian diam aja sih? Ngobrol dong!" tukas Abah Rene, berbicara kepada Marpuah dan juga Juju.
Fuuuuuh....
Asap mengepul dari mulut abah Rene. Dan aroma kemenyan kian menyengat.
Juju dan Marpuah saling pandang, tampak mereka sangat kesal dan terganggu karna keberadaan Abah Rene.
"Salsa, kalau menurut aku, Papi kamu suruh balik ke Amazon lagi deh ...," bisik Juju di telinga Marpuah.
"Duh, ya gak bisa dong, Juju. Kasihan Mami aku, kalau sampai Papi hilang lagi," jawab Marpuah.
"Ya tapi, orangnya ngeselin banget, udah gitu tampangnya serem banget, kayak preman Tanah Abang," lirih Juju lagi.
"Ya, abis mau gimana?"
"Ya, kamu bujuk dia kek, biar pergi,"
"Yaudah, aku coba ngomong ya,"
"Heh! Kalian ngapain bisik-bisik?! Ngomongin gua ya?!" bentak Rene yang telinganya mulai berdengung.
"Eh, eng-enggak kok, Pi" sahut Marpuah.
Lalu perlahan Marpuah berjalan mendekati Papinya.
"Emangnya, Papi, gak ada niat buat pulang gitu?" tanya Marpuah dengan ragu-ragu.
"Enggak!" Jawab Abah Rene singkat.
Huuft! Marpuah mendengus kesal.
"Papi, pulang gih," paksa Marpuah.
"Loh, kok kamu ngusir, Papi?"
"Bukan ngusir, Pi. Tapi kasihan Mami, kalau Papi pergi," alibi Marpuah.
"Kenapa kasihan, tadi Papi, udah beliin Mami, daster 5 setel, jadi Mami gak bakalan sedih kalau Papi tinggalin, palingan sekarang juga lagi selfi-selfi sama daster barunya,!"
"Papi, beliin Mami daster?!"
"Iya!"
"Kok, Pu'ah, enggak?!" Marpuah mulai tidak fokus dengan tujuan utama, padahal tujuan utamanya adalah memaksa Abah Rene agar cepat pergi.
"Oh, Pu'ah, mau juga?!" tanya Rene.
"Iya, Pi!" Jawab Marpuah sambil mengangguk-angguk semangat.
"Yaudah, kalau gitu, ayo kita pergi ke Pasar Gembrong!" ajak Abah Rene.
"Ayo!"
"Salsa, kok jadi mikirin daster sih?" tanya Juju.
"Maaf, Juju. Salsa pergi dulu ya!"
"Tapi—"
"Da daa, Juju!"
Dan akhirnya Marpuah malah meninggalkan Juju, hanya demi sebuah daster.
Juju hanya bisa melongo, sambil melihat kepergian Marpuah dengan hati yang kecewa.
Rupanya daster jauh lebih berharga di banding dirinya.
"Salsa kok kamu tega banget sih?!" keluh Juju.
"Semua ini gara-gara, Aki-aki sialan itu!" Juju pun mulai kesal.
"TIDAAAK" teriak Juju sambil menjambak-jambak rambutnya sendiri ala-ala di film azab.
(Pacarku Lebih Memilih Daster, Di Banding Aku)
***
Setibanya di Pasar Gembrong.
"Papi, kok, bisa ngenalin wajah Pu'ah, sih? Padahal Pu'ah, kan lagi nyamar jadi Salsa, pakek ramuan dari Prof. Rudolf?" tanya Marpuah.
"Ya, tahu dong!"
"Kok, bisa tahu? Emang tahu dari mananya?"
"Dari baunnya!"
Seketika Marpuah mencium badanya sendiri.
"Ummp, iya. Bau Pu'ah, ada ciri khasnya ya, Pi?"
"Iya, agak-agak mirip kandang ayam,"
"Ah, Papi, bisa aja kalau muji,"
Marpuah menepuk pundak Papinya dengan kencang.
Buak!
Seketika Abah Rene yang kebetulan sudah usia uzur langsung sesak nafas.
"Huah hosssh, Mpuah ... Kalau mukul pakek perasaan dong, kalau Papi lewat bagaimana?"
"Ah, lewat ke mana, Pi?!" tanya Marpuah dengan polos.
"MAKSUDNYA METOONG, PU'AH!" bentak Abah Rene yang mulai meradang.
"Hehe, maaf, Pi. Pu'ah, suka khilaf!" jawab Marpuah dengan cengiran tidak berdosa.
Lalu di saat mereka sedang asyik memilih-milih daster yang cocok untuk Marpuah.
Tiba-tiba muncul suara memanggil nama Marpuah dengan sebutan Salsa dari belakang.
Dan suara itu tidak asing di telinga Marpuah.
"Neng Salsa Cantik, mau beli apa?" tanya Kong Oesman yang sudah berdiri tegap tepat di belakang Marpuah.
Seketika bulu kuduk Marpuah langsung berdiri, dan dia menengok perlahan-lahan.
"KYAAA! AKI-AKI CABUUUUL!" Marpuah pun langsung menggunakan jurus Super Dede dan ngibrit seedan-edannya.
Abah Rene pun sampai keheranan karna melihat kelakuan ajaib dari anaknya itu, karna selama ini yang dia tahu, Marpuah tidak pernah takut dengan apa pun, jangankan dengan orang, Buldog pun sungkem kalau ketemu Marpuah.
Tapi entah mengapa tiba-tiba dia bisa ketakutan seperti ini.
Dan hal itu tentu saja membuat Abah Rene penasaran, dan menengok kearah belakang untuk melihat makhluk jenis apa yang membuat Marpuah sampai ketakutan.
Dan di saat Abah Rene menoleh ke belakang, ternyata Kong Oesman sudah nyengir dengan wajah angkernya.
"KYAA!" Abah Rene sampai lompat, dan mengelus dadanya saking kaget melihat senyuman Kong Oesman yang kelewat Creepy.
Tapi setelah beberapa detik berlalu, Abah Rene baru menyadari, ternyata pria tua bangka berwajah cabul itu adalah Kong Oesman.
Si Pria yang pernah menjadi rival terkuatnya dulu saat mendapatkan Jeng Oktaf.
"Kamu Oesman, 'kan?" tanya Abah Rene sambil menunjuk tepat di hidung Kong Oesman.
"Kalau iya emang kenapa?!" jawab Kong Oesman sambil menyingkirkan tangan Rene dan bertolak pinggang.
"Oww, ternyata kamu masih hidup ya, Oesman, kirain udah mokat gara-gara patah hati!" cerca Rene.
"Yaiyalah masih hidup, kirain kamu yang udah, bye! Gara-gara di lahap sama anaconda!" ujar Kong Oesman.
"Loh, kok lu bisa tahu, kalau gue hampir di lahap sama anaconda?!"
"Ya tahulah, gue punya indra ketujuh! PUAS!"
Dan akhirnya dua Aki-aki tidak berakhlak itu berkelahi di tengah pasar. Dan disaksikan oleh ribuan pengunjung. bahkan sebagian orang ada yang sampai membuat vlog untuk konten Tok-tok biar nambah follower.
***
Oesman dan Rene adalah musuh bebuyutan, dulunya mereka bersahabat dekat.
Tapi seiring berjalannya waktu, persahabatan mereka goyah ketika datang seorang wanita cantik super glowing dan bahenol yang singgah di kampung tercinta mereka.
Wania itu adalah Juleha Oktaviani Tumere Cume, atau yang akrab di sapa Jeng Oktaf, si Penayanyi Dangdut keliling yang sudah meluluh lantahkan persahabatan dua pria berwajah Lee Min-Ho ini.
Sejak itu Oesman dan Rene terus bersaing mati-matian untuk mendapatkan Oktaf.
Hingga pada akhirnya, Oktaf mengadakan sayembara dengan cara, siapa yang bisa menyanyikan lagu yang berjudul gula-gula dari penyanyi legendaris, Eva Sukaisih, dengan kunci asli, maka dialah pemenangnya.
Dan singkat cerita, sayembara di menangkan oleh Abah Rene, karna dia berhasil membawakan lagu Gula-gula dengan kunci asli tanpa Fals, tanpa bengek, plus formasi lempar mix tanpa jatuh, ala penyanyi aslinya yaitu, Umi Eva Sukaisih.
Oleh karna itu, dengan sangat terpaksa, Jeng Oktaf memilih Abah Rene menjadi suaminya.
Walau awalnya dia tidak cinta, tapi Oktaf percaya Cinta akan datang karna terbiasa. Lalu mereka berdua memutuskan untuk menikah dan tak berselang lama, mereka di karuniai seorang bayi perempuan yang berwajah antik, dan di beri nama Marpuah Bolecuria. Yang berarti Wanita Cantik Bertompel Indah. (ngaco)
Sejak saat itulah Oesman dan Rene menjadi musuh bebuyutan hingga kini.
To be continued