Zara tak mampu berucap dirinya begitu terkejut melihat lelaki yang di carinya beberapa minggu ini, begitu dekat dengan dirinya. Jantungnya berdekat dengan kencang melihat tatapan tajam yang tertuju jelas kepadanya. Rasanya dia ingin cepat pergi dari kantin namun tubuhnya terlalu kaku untuk bergerak. Otaknya terus berputar menerka-nerka kemungkinan yang akan terjadi nanti setelah apa yang di dengar oleh Brian tadi.
Tak ada senyuman lembut yang di harapkan Zara kepada Brian. Semuanya lenyap, keadaan yang telah runyam kini semakin bertambah runyam. Kini kegelisahan semakin bertambah di hati Zara melihat punggung lebar Brian yang semakin menjauh meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.
"Zara ayo, sudah di suruh nih masuk Aula", teriak Amalia.
"Ehh i,iya ci, ucap Zara dengan gugup dan berusaha kembali mentralkan jantungnya kembali agar tak ada temannya yang curiga.
Memang semua temanya telah mengetahui jika Zara telah memiliki kekasih. Namun mereka tak pernah tahu jika sosok yang telah mereka bicarakan ternyata berada tepat di belakang mereka.
/
Kini di aula yang penuh dan sesak. Zara hanya butuh ketenangan. Pengakuan Hener kepadanya semakin menambah masalah baru antara dirinya dan Brian. Namun sayang ketenangan yang di inginkannya harus pupus. Suara dentam dentum musik terdengar nyaring di telinga Zara.
Tak ada yang tahu apa yang dirasakan oleh Zara. Dia hanya bisa menyimpan kegelisahannya sendiri tanpa harus melibatkan orang lain ke dalam masalahnya. Dia duduk sendiri di belakang melihat satu persatu orang yang berlalu lalang di depan. Tanpa harus berminat untuk ikut bergabung. Tubuhnya begitu lelah untuk mengikuti semua kegiatan yang begitu menguras energinya. Hingga akhirnya dia tertidur meninggalkan kegaduhan acara ospek yang semakin sore semakin menggila.
***
Angin malam yang berhembus menyibakan rambut hitam Zara yang terurai bebas. Langit telah menghitam dan senjapun telah sampai di penghujung puncak. Di sebuah bangku panjang, duduk gadis manis dengan headset putih yang terpasang di telinganya. Sedang menatap langit malam yang sepi tanpa bintang.
"Kenapa dia menghilang?" ucap Zara dalam hati. Ia bingung dengan hubungannya kali ini. Zara tak pernah tau apa kesalahan yang telah dia perbuat. Sebelum kejadian di kantin itu. Zara merasa tak pernah melakukan kesalahan apapun. Namun kenapa Brian berubah dan pergi meninggalkannya tanpa alasan.
Terdengar helaan nafas yang berat dan panjang dari Zara. Dia bingung harus bertanya kepada siapa. Hubungannya dengan Brian pun tertutup. Tak pernah ada yang tau jika dia dan Brian kembali menjalin hubungan.
Ting.. ting.. suara notifikasi ponsel Zara membuyarkan pikiran Zara. Di lihatnya nama Brian yang muncul lalu dengan cepat di bacanya isi pesan tersebut.
Brian massage
"Oh.. sekarang sudah punya kakak baru" isi pesan tertulis di ponsel Zara.
Zara bingung membaca pesan yang masuk dalam ponselnya. Dia terlalu bingung harus membalas pesan dari kekasihnya. Setelah status yang dia tulis tadi siang tentang sahabatnya bernama Robi.
"Hem.. iya kak. Terus kenapa?" jawab Zara dengan enggan karena dia sudah terlalu lelah dengan semua pemikirannya.
Brian marah atas cinta yang tak terbalaskan oleh Zara. Meskipun hubungan mereka telah berjalan selama tiga bulan. Namun tak pernah terlihat ada perasaan yang bisa di balas oleh Zara. Dia merasa dipermainkan oleh Zara.
Hingga beberapa lama chat terus berlangsung dan menimbulkan permasalahan yang baru yang tak pernah di duga oleh Zara.
"Aku menyesal telah mengenal lelaki sejahat kamu?" ucap sarkas Zara tanpa memikirkan ulang perkataannya. Ia telah terlanjur emosi dengan semua hal yang telah terjadi.
"Aku nggak bisa terima, kita lihat aja nanti!!", balas Brian sebagai sebuah ancaman.
Zara panik. Dia tak pernah menyadari jika perkataanya bisa membuat hati Brian sakit. Dirinya terlanjur emosi dengan kedaan setelah Brian menghilang tanpa jejak.
Tak ada yang bisa Zara perbuat sekarang. Perasaan takut dan cemas terus menghantuinya. Arkhh.. bodoh, bodoh, bodoh teriaknya kesal sambil memegangi rambutnya yang kini telah berantakan karena ulahnya sendiri. Ia meneriaki kebodohan dirinya sendiri.
Kini dia bingung dan takut akan ancaman yang diberikan oleh Brian. Dia berjalan kesana kemari namun tak bisa menghilangkan rasa cemas di dadanya. Hingga nama kak Robi terlintas di otaknya.
"Gimana menurut kakak?" tanya Zara kepada kak Robi. Sebelumnya Zara sudah mengscreenshot isi percakapan antara dirinya dan Brian untuk di tunjukkannya kepada kak Robi.
"Hem.. nggak apa-apa sih. Zara tak salah kok, cuma dianya aja yang berlebihan", ucap Robi dengan tenang.
"Tapi Zara takut kak"
"Tenang, kalo dia berbuat aneh-aneh bilang ke kakak" ucapnya dengan tegas.
Hati Zara melega setelah mencurahkan segala kegundahannya ke kak Robi. Lelaki dengan pipi cabi dan tubuh yang lumayan berisi tersebut. Lelaki itu adalah sahabat Zara yang setahun lebih menemaninya. Mendengarkan semua keluh kesahnya dan tidak pula bosan untuk mengingatkan Zara untuk tidak pacaran. Meskipun dulu Zara tahu jika Robi pernah menaruh hati kepadanya. Namun hal itu tak mampu memutuskan hubungan pertemanan yang sudah terjalin lamanya dengan kak Robi.
Flashback on
"Zara ini liat" ucap Robi dengan antusias sambil menunjukkan benda tipis berbentuk segi empat yang berisi identitas dirinya.
"Ini nama kakak, tinggal disini"ucapnya dengan senang.
Zara yang masih polos hanya menatap bingung dengan perlakuan kak Robi terhadapnya. Dia hanya tersenyum mendengarkan penjelasan kakak Robi terhadapnya. Namun berbeda dengan tanggapan orang lain. Mereka melihat ada rasa ketertarikan yang dirasakan oleh Robi terhadap Zara Namun ia tak pernah menyadari itu.
"Sudahlah kak bilang aja, kalo suka sama Zara", ucap mbak Ita dengan menyunggingkan cengiran yang menunjukkan deretan giginya yang putih.
"hemm.. gumam kak Robi sambil menatap jengkel ke arah mbak Ita".
Flashback off
Mengingat kejadian itu membuat Zara tersenyum. Ada rasa ingin kembali ke masa itu. Masa dimana dia pertama kali berkecimpung di dunia kerja. Mengenal berbagai macam persaingan manusia mulai dari perkerjaan, percintaan dan lain sebagainya. Meskipun waktu itu begitu berat di laluinya. Begitu banyak omelan konsumen terhadapnya namun tak membuat dirinya sakit hati ataupun terluka. Baginya saat itu adalah saat-saat dimana dirinya merasa terlindungi. Dimana begitu banyak orang-orang baik yang mengelilinginya, yang mau memberikan nasihat kepadanya.
Dan di situ pula dirinya bertemu dengan kak Robi. Orang yang secara tidak di sadari oleh Zara menjadi pellindung terdepan untuk Zara. bagi Zara Kehidupannya kemarin begitu tenang. Tak ada hubugan percintaan yang membuat hatinya gundah. Dirinya terlalu bahagia dengan perkejaannya. Ditambah dia di kelilingi orang-orang baik yang memberikan begitu banyak pengalaman.
***