"Urusan perusahaan memang rumit, tapi tidak ada yang perlu ditakuti. Jangan bingung. Lagipula, semua orang mengandalkanmu! Kamu tetap yang terbaik." Kiara membujuk bayi besar itu dengan mengacungkan jempolnya.
Aksa menggelengkan kepalanya lagi, "Bukan perusahaan yang membuatku kacau, tapi kamu."
"Aku?" Kiara sedikit bingung, "Kenapa aku? Mungkinkah… beberapa kata yang aku ucapkan untuk kak Galih yang membuatmu tidak senang? Aku tidak bermaksud begitu, kamu salah paham terhadapku…"
"Aku tahu." Aksa menyela kata-kata Kiara, "Aku baru saja bereaksi pada saat itu, mengetahui bahwa kamu adalah untuk takdirku, pertama-tama akan aku pastikan tidak ada yang salah denganku, dan kemudian serahkan ketidakpercayaanmu kepada Galih, tapi aku pikir kamu mencurigaiku tentang itu."
Kiara pura-pura meninju dada Aksa, "Tinggalkan aku jika kamu mengetahuinya, dan mengapa kamu tidak kembali ke kamar untuk beristirahat? Kamu sengaja menungguku menemukanmu?"