Aksa tidak bereaksi untuk sementara waktu. Ketika dia mendengar nada sibuk di ujung telepon, dia menggertakkan gigi dan urat biru sudah terlihat di dahinya.
Aksa tidak ragu-ragu lagi, dan segera memanggil Kiara di ujung sambungan aana.
"Maaf, panggilan yang Anda lakukan telah dimatikan, harap tunggu ..."
Suara operator wanita di ujung telepon membuat adrenalin Aksa melonjak. Dia mengangkat tangannya dan melemparkan telepon itu tanpa ampun.
Brakk
Tiba-tiba, telepon itu jatuh ke tanah, dan retakan kecil yang tak terhitung jumlahnya langsung muncul di layar.
Aksa berdiri di tempatnya, dengan dada yang terus naik dan turun.
Beberapa pelayan bergegas berlari ketika mendengar suara itu, dan mereka melihat Aksa menahan amarah. Mereka semua bersembunyi dari samping dan tidak berani melangkah maju.
Ketika Aksa mendengar bahwa para pelayannya menghampiri, para pelayan yang menyusut menjadi bola ketika Aksa berkata, "Dimana Kiara!"
