Chereads / Sang Ratu Pengganti / Chapter 4 - Ratu Ran Jatuh Sakit

Chapter 4 - Ratu Ran Jatuh Sakit

Mohon dukungannya ya Readers....

Usai sarapan Putri Jang mendengar sebuah berita yang membuat hatinya sedih. Ia segera pamit kepada sang ayah untuk pergi ke istana dan meminta seorang kasim menyiapkan sebuah kereta untunya.

"Ayah, aku memohon ijin padamu untuk berkunjung keistana."

"Kau boleh pergi nak tapi kau harus bersikap baik dan hati hati-hati."

Putri Jang kembali kekamarnya menggambil Gat milik Pangeran Kedua kemudian meminta Dayang Han menemaninya pergi ke istana.

"Bibi, bisakah kau menemaniku untuk pergi ke istana. Aku ingin menjenguk Ratu serta mengembalikan Gat milik Pangeran Dong," ucap Putri Jang kepada Dayang Han.

"Tentu saja Putri," ucap Dayang Han mengikuti langkah sang putri dari belakang sembari membawa sebuah Gat.

"Bibi menurutmu jika aku menikah dengan pangeran Dong apakah pantas?" tanya Putri Jang yang membuat Dayang Han tersenyum.

"Tentu saja pantas Putri. Anda berdua sangat lah serasi."

"Benarkah? sepertinya perkataan bibi tempo hari benar Pangeran Dong telah berhasil membuatku jatuh cinta padanya."

"Benar kah itu Putri, ini berita bagus putri semoga putri segera menikah dengan Pangeran Dong."

"Ya tentu saja, ini berkat doa dan dukungan darimu juga Bi, aku juga berharap begitu hidup bersama dengannya dengan anak anak lucu diantara kami."

"Sepertinya putri sudah ingin cepat menikah rupanya."

"Ya jika Pangeran Dong sudah siap menikahiku, tapi Bi saat ini aku sedang khawatir dengan keadaan Ratu Ran yang beberapa hari setelah penobatannya tidak sadarkan diri, aku takut sesuatu yang buruk terjadi Bi."

"Jangan berfikiran terlalu jauh putri Ratu pasti baik baik saja, Ratu adalah wanita yang kuat. Putri tidak perlu sedih."

Putri Jang melangkahkan kaki tergesa begitu kereta yang ia tumpangi sampai didepan gerbang istana. Ia langsung pergi keistana ketika mendengar Ratu Ran sahabatnya jatuh sakit.

"Hati hati Putri," ucap Dayang Han mengingatkan sang Putri yang berjalan terlalu cepat.

"Iya bi, ahh ya bibi tolong tunggu saja aku ditaman."

"Baik putri."

"Putri Jang telah tiba," seru seorang kasim ketika Putri Jang berdiri di depan pintu kamar Ratu Ran.

Seketika daun pintu didepan Putri Jang terbuka lebar, Putri Jang melangkahkan kaki masuk memberi salam kepada ibu suri dan juga Raja Joon yang sedang berada di kamar Ratu Ran.

"Salam hormat saya kepada ibu suri dan juga Baginda Raja," ucap Putri Jang sembari membungkuk.

"Terimakasih Putri Jang" ucap Ibu suri sementara sang Raja entah mengapa berubah menjadi dingin dan acuh kepada Putri Jang.

Suasana kamar Ratu begitu hening semenjak kedatangan Putri Jang seperti ada hal penting yang mereka sedang diskusikan sebelumnya. Hal itu tampak dari wajah sang Raja yang begitu dingin ketika Putri Jang masuk. Putri Jang merasa tak enak hati berada ditengah tengah keluarga inti kerajaan ia pun segera berpamitan berniat memberi ruang kepada keluarga inti tersebut untuk melanjutkan diskusinya yang terganggu.

"Maafkan jika kedatangan saya telah mengganggu Ibu suri dan yang mulia Raja saya mohon undur diri. Semoga Ratu lekas pulih seperti sedia kala," ucap Putri Jang sembari membari salam.

"Salam hormat saya untuk Raja, ibu suri dan juga Ratu semoga bahagia selalu," ucap Putri Jang Ramah sembari membungkuk dan kemudian berjalan mundur meninggalkan Kamar sang sahabat.

"Ran, kau sakit apa? mengapa kau tak lekas siuman," ucap Putri Jang lirih.

Putri Jang merasa sedih dan bertambah khawatir setelah melihat tubuh pucat Ratu Ran yang terbujur lemah di ranjang miliknya.

Putri Jang pergi ke danau yang berada dihalaman belakang istana untuk menenangkan pikirannya yang sedang khawatir akan keadaan sahabatnya. Dari kejahuan ia melihat seseorang pria sedang asik duduk bersandar dipohon sembari membaca sebuah buku.

"Dong Hwa."

"Putri Jang mengapa kau kemari? rindu padaku huhh?"

"Apa kau bilang? berhentilah menggodaku Dong," ucap Putri Jang kesal.

"Lalu mengapa kau kemari?"

"Ini tempat favoritku ketika diistana lalu apa masalahmu jika aku kemari."

"Masalahnya adalah kau, kau membuat konstrasiku untuk membaca buyar karena aku yang slalu ingin memandangmu."

"Ckk bilang saja Kau yang memang ingin menatapku," ucap Putri Jang pergi mengambil Gat milik pangeran Dong yang masih dibawa dayang Han.

"Hei... mengapa malah pergi," teriak Pangeran Dong.

"Ckk pemarah sekali calon istriku," ucap Pangeran Dong sembari terkekeh.

Putri Jang berjalan dengan langkah cepat menghampiri Dayang Han yang menunggunya di taman.

"Bibi Han, tolong berikan Gatnya padaku dan bibi bisa menungguku dikereta, aku hanya sebentar," ucap Putri Jang yang diangguki oleh Dayang Han.

"Baiklah tuan Putri."

Putri Jung berjalan kembali kehalaman belakang namun ditengah perjalanan ia mendengar kasak kusuk gosip tentang Ratu Ran, berita itu membuat hati Putri Jang sangat sedih.

"Benarkah itu Ran, mengapa malang sekali nasibmu semoga Raja mendapatkan selir yang tepat agar kau tak tersakiti," ucap Putri Jang lirih.

Putri Jang menoleh kesegala arah tak menemukan keberadaan Pangeran Dong di halaman belakang istana, ia lantas memutuskan untuk duduk sejenak sebuah akar besar yang menonjol keluar dari permukaan tanah. Putri Jang menitikan air mata karena sedih memikirkan kondisi sang sahabat.

"Ran, ku mohon bertahanlah aku tahu kau wanita yang kuat Ran. Aku selalu berdoa untukmu Ran," ucap Putri Jang disela tangisnya.

Pangeran Dong melihat kekasih pujaannya yang sedang duduk di akar pohon pun berniat mengagetinya namun langkahnya terhenti kala mendengar isak tangis Putri Jang.

"Jang Kau kenapa?" tanya Pangeran Dong yang membuat Putri Jang menoleh.

Putri Jang langsung berdiri dan membalikkan badan menubruk tubuh Pangeran Dong mendekapnya erat sembari menangis sesenggukan. Pangeran Dong mengusap lembut punggung Putri Jang sembari berkata kata untuk menenangkan hati sang kekasih.

"Kau kenapa? adakah yang melukai hatimu? katakan padaku akan menghukumnya"

Putri Jang menggeleng lalu menyandarkan kepalanya kedada bidang Pangeran Dong sembari berkata jika dirinya sedih lantaran mendengar berita gosip yang beredar mengenai sahabatnya Ratu Ran.

"Ssst sudah berhentilah menangis Jang percayalah semua yang akan terjadi sudah dipikirkan matang matang oleh Raja dan Ratu, jika pun Raja menikah lagi aku pastikan Raja hanya ingin menyelamatkan reputasi kerajaan saja bukan karena cinta jadi itu tidak akan pernah menyakiti Ratu sebab cinta Raja kepada Ratu begitu besar."

Entah mengapa mendengar perkataan Pangeran Dong membuat hatinya lebih tenang.

"Jangan menikah lagi meskipun aku nanti sudah tak sanggup melayanimu Dong," ucap Putri Jang tiba tiba.

"Kau hanya akan jadi satu satunya apapun yang terjadi aku tak kan menikah untuk yang kedua kalinya, itu janjiku," ucap Pangeran Dong yang membuat hati Putri Jang berbunga bunga.

"Tunggu, apa itu artinya kau sudah mencintaiku dan mau menikah denganku?" tanya Sang pangeran hati hati yang dibalas anggukan kepala oleh Putri Jang.

"Benarkah itu? kalau begitu ayo kita menikah" ucap Sang pangeran antusias.

"Aku akan membicarakan ini kepada ayahku nanti Jang."

Mereka saling berpelukan hingga tak menyadari sepasang mata telah menyaksikan adegan mesra mereka. Dia adalah Raja Joon tadinya ia ingin menemui Putri Jang tapi setelah melihat Putri Jang sedang berpelukan dengan Pangeran Dong ia mengurungkan niatnya dan kembali ke istana. Putri Jang mengendurkan pelukannya kemudian berpamitan kepada Pangeran Dong untuk segera pulang karena sudah ditunggu oleh Dayang Han.

"Dong, aku harus segera pergi dari sini bibi Han dia sudah menungguku terlalu lama," ucap Putri Jang yang dibalas anggukan kepala oleh Pangeran Dong.

Putri Jang melangkahkan kaki ringan menuju kedepan istana dan tak sengaja berpapasan dengan sang Raja yang hendak berjalan kedalam istana. Ia menyapa dengan ramah dan juga memberi hormat sang Raja namun dengan tatapan tajamnya sang Raja hanya diam tak membalas sapaannya seolah sedang marah padanya.

"Hormat saya yang mulia Raja" ucap Putri Jang sembari memberi salam.

"Aneh mengapa Raja semarah dan sedingin itu" batin Putri Jang.

Ia kemudian pergi menuju kereta yang akan ditumpanginya dan Dayang Han.