Setelah semalam menemani Putri Jang Pangeran Dong dengan segala emosinya berniat menemui sang ayah Raja Won. Ia marah besar kepada sang ayah karena telah meminta Raja Joon sang kakak menikah dengan kekasihnya-Putri Jang tanpa membicarakan hal tersebut terlebih dahulu dengannya. Ia sangat tersinggung dam murka dengan sifat sang ayah yang sering tak adil kepadanya.
Braaaaaakkkkk
Pangeran Dong menerobos dengan paksa ruangan sang ayah, Raja Won. Tanpa memberi hormat dan juga sapaan Pangeran Dong yang murka dengan keputusan sang ayah memilih Putri Jang kekasihnya menjadi selir Raja Joon pun menatap tajam kearah sang ayah.
"Dong apa yang kau..." ucapan Raja terhenti dengan seruan murka pangeran Dong.
"Keluar! atau kalian semua akan aku penggal sekarang," seru Pangeran Dong murka kepada semua dayang dan juga seorang perdana menteri yang sedang menghadap kepada Raja.
Raja Won yang sangat hafal dengan sifat putranya pun memilih diam dan meminta semua yang di dalam meninggalkannya berdua dengan sang putra.
"Kau... apa yang kau lakukan ayah? Mengapa harus Putri Jang hah? mengapa harus Dia...?" Pangeran Dong menunjuk Raja Won murka.
"Kendalikan emosimu Pangeran Dong." Raja Won mencoba memperingati sang putra.
"Kendalikan emosiku ayah bilang? setelah apa yang ayah dan kak Joon lakukan ayah masih memintaku untuk mengendalikan emosiku? ayah apa yang ayah lakukan ini sungguh tidak adil. Ayah tahu aku sangat mencintai Putri Perdana Menteri Hwang tapi mengapa ayah justru memilih Jang sebagai selir? apapun alasannya mengapa ayah tidak memikirkan perasaanku?" teriak Pangeran Dong Murka.
"Selama ini aku tidak pernah meminta apapun kepada ayah, aku tidak pernah marah meski ayah membeda bedakan antara aku dan kak Joon karena aku sadar diri aku hanyalah anak dari selir buangan tapi untuk kali ini aku memohon pada mu ayah tolong, tolong jangan lakukan ini padaku," ucap Pangeran Dong sembari menitikan air mata.
"Jaga bicaramu Pangeran Dong aku tak suka kau berbicara seakan akan aku ini kejam cobalah berfikir lebih dewasa ini demi kerajaan, apa kau pikir kakakmu itu mau menerima semua ini? Sama sepertimu ia juga marah atas keputusan Dewan Kerajaan yang meminta Joon untuk menikah lagi, tapi bedanya dia berfikir dengan baik jika Dewan Istana memilih keputusan ini demi kebaikan bersama. Ayah memilih Putri Jang karena ia memanglah pantas menggantikan Ratu Ran, dia pintar dan memenuhi kriteria menjadi selir yang bisa menggantikan tugas Ratu untuk sementara waktu, ia juga dekat dengan Ran dan Joon sehingga mudah mereka untuk saling mengerti. Jika Dewan Kerajaan sampai salah memilih apa kau tahu apa yang akan terjadi dengan kerajaan ini? Apa kau mengerti itu? ckk... ayah rasa kau hanya memikirkan dirimu saja," ucap Raja won sembari berdiri membelakangi Pangeran Dong.
"Lalu bagaimana denganku ayah? bagaimana dengan Putri Jang ia pasti juga terpukul, apakah ayah tahu sudah tiga hari ini Putri Jang terus mengurung diri dikamar? "
"Keputusan kerajaan mutlak dan tidak bisa diganggu gugat kau tahu itu Pangeran Dong. Jika kau mau, ayah akan mencarikanmu Putri lain untuk menggantikan Putri Jang tetapi ayah mohon lepaskanlah Putri Jang."
"Baik aku akan melepaskan Putri Jang tapi aku mempunyai syarat lepaskan ibu dari kurungannya aku akan membawa ibu pergi jauh dari istana dan mencarikannya tabib yang hebat"
"Apa kau sudah gila! bagaimana jika penyakit ibumu itu samapi menulari orang lain?"
"Ibu dan Jang adalah dua orang wanita yang sama sama aku cintai mereka lah tujuan hidupku jika ayah mengambil Jang dariku, maka ku mohon padamu kembalikanlah hidupku yang lain ayah. Tolong kembalikanlah ibuku itu sudah cukup untukku tapi jika tidak kau akan melihat aku berbuat nekat," ucap Pangeran Dong dengan nada mengancam.
"Baik aku akan mengembalikan ibumu tapi kau harus pergi ke wilayah utara untuk mengasingkan diri bersama ibumu, bagaimana? Apa kau sanggup?"
"Itu lebih baik dari pada disini aku harus menyaksikan Jang bersama Joon aku tak kan pernah sanggup untuk itu," sindir Pangeran Dong.
"Dan satu lagi... berikan aku kesempatan untuk bertemu dengan Putri Jang sebelum aku pergi dari istana."
"Baiklah kapan kau menginginkannya? "
"Sehari sebelum pernikahan itu berlangsung dan pada hari dimana Jang menikah aku akan pergi."
Belum sempat Raja menjawab, Pangeran Dong lebih dahulu meninggalkan tempat sang ayah. Pangeran Dong sudah menebak jika ini akan terjadi sejak pertama mendengar gosip ini. Pada akhirnya ia hanya bisa mengalah atas keputusan mutlak sang Raja. Sebenarnya bisa saja pangeran Dong melawan tapi ia tak ingin membahayakan nyawa Putri Jang dan juga ibunya atas perlawanannya nanti, itu sebabnya ia memilih mengalah dan melepaskan Putri Jang meskipun sulit setidaknya ia masih bisa melihat Jang tersenyum bahagia meski bukan dia alasannya.
Pangeran Dong yang hendak kembali keruangannya tak sengaja berpapasan dengan Perdana Menteri Hwang yang saat itu terlihat berjalan tergesa.
"Hormat saya Pangeran Dong," sapa Perdana Menteri Hwang sembari membungkuk memberi hormat.
"Terimakasih Perdana Menteri Hwang bolehkah saya bertanya keadaan Putri Jang sekarang?"
"Putri Jang berkabar baik Pangeran ia sudah beraktifitas seperti biasa."
"Syukurlah kalau begitu, aku senang mendengarnya."
"Baiklah saya mohon diri dulu pangeran." Perdana Menteri Hwang pergi meninggalkan Pangeran Dong yang terdiam ditempat melihat kemana arah pergi Perdana Menteri Hwang.
"Perdana Menteri Hwang tiba" seru seorang penjaga ketika Perdana Menteri Hwang tiba di depan ruangan Raja Won.
"Hormat Hamba yang mulia." Perdana Menteri Hwang membungkuk.
"Kemari dan duduklah Perdana Menteri Hwang."
"Apa yang membuatmu datang kemari Perdana Menteri Hwang?"
"Hamba datang kemari menyampaikan kabar bahwa Putri hamba Jang bersedia menikah dengan Raja Joon namun ia mengajukan persyaratan yang mulia."
"Persyaratan apa itu?"
"Ampuni atas melancangan hamba dan putri hamba yang mulia, Putri Jang meminta waktu seminggu untuk menyembuhkan penyakit ibunya, ia sudah meneliti obat obatnya sejak ia berumur sepuluh tahun yang mulia ia belajar dan menelitinya siang malam hamba memohon agar yang mulia memberikan kesempatan kepada Putri Jang."
"Bagaimana jika sampai gagal? apa hukuman yang bisa saya berikan atas kelancangan kalian?"
"Saya bersedia dihukum apapun yang mulia jika putri hamba sampai gagal."
"Termasuk jika dipenggal kepalamu?"
"Hamba bersedia yang mulia," Jawab Perdana Menteri Hwang mantap.
"Baiklah katakan kepada putrimu besok dia bisa memulainya."
"Terimakasih yang mulia Raja hamba mohon undur diri salam hormat dari hamba yang mulia."
Perdana Menteri hwang menghembuskan nafas lega, ia melangkahkan kaki keluar istana menuju kereta yang akan membawanya pulang. Sebuah senyuman terpatri di wajah tegas sang Perdana Menteri. Ia tak menyangka jika Raja Won menyetujui persyaratan yang diajukan oleh Putri Jang.
"Perdana Menteri Hwang tiba," seru Kasim Bin yang langsung disambut oleh Putri Jang dan Juga sang kakak Hyun.
"Bagaimana ayah?" tanya Putri Jang tak sabaran.
"Ini mustahil Jang," ucap Sang ayah yang membuat wajah Putri Jang masam.
"Kau tahu Raja Won menyetujuinya dan besok kau bisa memulainya."
"Benarkah itu ayah."
"Tentu saja sayang."
"Aku akan menemanimu besok Jang," ucap Panglima Hyun.
"Ayah juga akan menemanimu Jang lakukan yang terbaik untuk ibumu."
"Tentu ayah aku akan melakukan yang terbaik untuk kalian"
Mereka bertiga kemudian berbincang di gazebo sembari menyantap makan siang mereka seperti yang dulu pernah mereka lakukan.