Aaron hanya berkata, "Aku melihat kakekmu muntah darah", dan kemudian segera menutup telepon. Beatrice tidak bisa menahan diri untuk menelepon kembali saat dia duduk di taksi.
"Apa yang harus aku lakukan?" Aaron, yang akan mengembalikan telepon ke pamannya yang lebih muda, panik ketika melihat telepon berdering.
Nama tersimpan di kontak pamannya adalah "Kakak ipar Beatrice."
Aaron tahu ini adalah Bibi Beatrice.
"Jawab saja." Oscar mendesak cicit kecilnya.
"Oh, ya ampun!" Ekspresi wajah Aaron seolah dia bau saja ditangkap oleh guru karena melakukan hal-hal buruk, dan berdiri dan menjawab telepon, "Hei, Bibi Beatrice… kamu… kamu di sini?"
"Aku sedang dalam perjalanan, Aaron, beri tahu bibi, bagaimana kabar kakekku sekarang? Apakah kakek perlu dikirim ke rumah sakit? Atau kamu serahkan telpon pada orang dewasa yang ada di situ, aku akan berbicara pada mereka." Beatrice sedang mempertimbangkan apakah akan menelepon 120 ambulans.
Muntah darah bukanlah hal yang sepele.
