Ketika Ian menerima telepon dari Juwita, dia sedang sibuk mengurus segala sesuatu di Bandung.
Membagikan brosur, menjawab pertanyaan, merekrut mahasiswa paruh waktu ... Singkatnya, dia muncul di mana pun dia dibutuhkan, dan dia tidak mengatakan itu karena dia adalah bosnya, dia hanya mengarahkan orang lain untuk bekerja dengan efisien.
"Apakah kamu akan datang ke Bandung?"
Reaksi pertama Ian adalah heran setelah mendengar Juwita mengungkapkan keinginannya.
Dia sudah jelas menolak ide ini sebelum berangkat, dan dia hanya ingin langsung menolaknya ketika dia tiba-tiba mendengar suara Juwita yang jelas dan terdengar di mikrofon karena dia terlalu gugup.
Tapi, ketika dia sudah membuka mulutnya, tiba-tiba dia menelan kembali kata-kata yang sudah hampir keluar ke perutnya.
Juwita mengira Ian marah, dan berkata dengan hati-hati, "Aku, aku tidak ingin kamu kerepotan, dan aku tidak akan menimbulkan masalah."
"Aku tidak berkata bahwa keberadaanmu membuatku repot."
