"Berapa kali saya bersedia untuk memenuhi permintaan Anda?"
Ian tersenyum dan keluar dari mobil sebelum memeluk Santi dengan ringan, tetapi tangan dan kakinya bersih, seperti seorang teman sejati.
Dia bisa mencium aroma rambut Santi yang kental dengan bau sampo, dan angin dingin bertiup ke tubuhnya melalui lehernya, membuatnya menggigil.
"Selamat datang kembali, Tuan Putri."
"Terima kasih juga telah menjemputku, Tuan Ian."
"Ayo pergi."
Ian membantunya membuka pintu kursi co-pilot di mobilnya, dan bertanya, "Apakah kamu lapar?"
Santi bertanya, kembali. "Aku ingin makan mie pangsit panas, atau roti goreng, atau sate usus. Aku rindu dengan makanan jalanan daerah ini. Apakah kau tahu tempat yang tepat?"
Ian tidak berbicara, tetapi dia menunjuk ke arah jam digital di dashboard yang menunjukkan waktu sekitar jam dua lewat empat puluh menit pagi, dan kemudian menghidupkan mobil untuk meninggalkan bandara.
