Keduanya berada dalam posisi dekat. Juwita mengangkat kepalanya, menatap Ian dengan lekat. Wajahnya yang lembut dan terkadang merona merah kembali ke warna putih aslinya, dan bulu matanya yang melengkung secara alami berkedip dari waktu ke waktu.
Juwita berkonsentrasi untuk membersihkan air hujan dari pakaian Ian, karena dia tidak ingin Ian masuk angin.
"Kamu bisa bersih-bersih sendiri dulu." Ucap Ian sambil menunduk dan memandang Juwita.
Juwita tidak mengatakan apa-apa. Setelah dia membersihkan air hujan dari pakaian Ian, dia mengguncang topi jaketnya dua kali, dan kemudian berbisik kepada Ian, "Ayo pergi ke kafetaria."
"Ayo. Kita pergi bersama Nadia, agar tidak ada orang yang salah paham dengan kita." Kata Ian sambil tersenyum.
Sampai saat itu, Juwita, yang tidak akan marah bahkan jika dia nakal, menunjukkan kesedihan yang tak terhingga di mata bunga persiknya yang basah.
