"Starbucks?"
Cahyo ragu-ragu. Dia secara alami tahu beberapa kedai kopi yang ada di dekat kampusnya, tetapi dia tidak pernah masuk ke Starbucks. Dia pernah mendengar bahwa berbagai minuman yang dijual di sana sangat mahal sehingga beberapa guru asing atau mahasiswa yang kaya sering pergi ke sana.
Kadang-kadang, Cahyo melewati jendela kaca Starbucks itu dari luar, dan dia juga akan melihat dengan rasa ingin tahu, tetapi jika seseorang di Starbucks melihat ke luar, Cahyo akan malu ketika dia bertukar pandang dengannya. Dia akan segera menunduk, dan mempercepat langkahnya.
"Kenapa, apa kamu tidak pernah ke sana? Letaknya tepat di sebelah kampusmu."
Hana berkata sambil tersenyum, "Cahyo, jangan terlalu kuno. Ian mungkin sering datang ke sana. Dia akan terlihat seperti pelanggan biasa di bar."
Cahyo menggelengkan kepalanya. "Mungkin tidak. Suatu kali aku sedang mencari minuman bersamanya, dan kebetulan melewati Starbucks ini. "
"Lalu, bagaimana reaksi Ian?" Tanya Hana .
