Di kelas belajar mandiri kedua, reaksi sebagian besar mahasiswa terlihat sama. Mereka terlihat acuh tak acuh terhadap penjelasan Ian.
Setelah Ian selesai berbicara, dia melihat bahwa ada satu lagi mahasiswa pekerja paruh waktu yang hilang dari tim kedua, yang berarti seseorang meninggalkan tim tanpa memberi tahu dirinya.
Ian menggelengkan kepalanya. Terlalu banyak pengecut yang mengincar kesuksesan instan di dunia ini.
Di pintu kelas ketiga, Ian hanya berkata, "Apakah di sini ada seseorang yang masih ingin mencoba untuk bekerja secara paruh waktu? Silakan maju ke depan dan lakukan promosi seperti yang aku contohkan tadi."
Sisa mahasiswa paruh waktu yang tersisa saling melirik, dan akhirnya hanya satu anak laki-laki bernama Taufik yang mengambil inisiatif untuk naik ke atas panggung.
Dia berdiri di podium di mana tidak ada yang memperhatikan dan tergagap sambil menjelaskan tentang bisnis pengiriman ekspres gedung 101.
