Ian kembali ke sekolah sekitar pukul 6 sore. Senja di awal musim hujan datang sangat awal. Ruang kelas belajar mandiri di Gedung F masih terlihat terang benderang, dan tampak seperti pagoda kaca dari kejauhan.
Namun, ruang basis wirausaha 102 sudah terlihat gelap karena tidak ada orang di dalamnya, dan ruang 101 hanya diterangi dengan lampu pijar, redup redup di malam musim dingin yang kacau balau.
Ian mengerutkan kening dan berjalan ke ruang 101. Di dalam, dia melihat Juwita duduk tepat di bawah lampu pijar, membaca buku di satu tangan, dan tangan lainnya menutupi mulutnya.
Cahaya redup menyelimuti Juwita. Di mata Ian, sosoknya terlihat menyedihkan, tidak berdaya, dan lemah.
Suhu di awal musim hujan terasa dingin, dan area ruang 101 sangat luas, dan ketika angin dingin bertiup ke seluruh rumah, bagaimana mungkin dia tidak merasa dingin sama sekali?