Sain membaringkan tubuhnya di atas sofa yang sama sekali tidak nyaman untuk tubuhnya yang tinggi. Namun, untuk apa kenyamanan sekarang ketika dia merasa mati rasa karena sekujur tubuhnya yang terlalu sakit.
Daya tahan tubuh Sain yang kuat membuatnya susah untuk pingsan ketika rasa sakit berlebihan di luar nalar untuk orang biasa masih bisa dia tahan sampai sekarang. Sain terbatuk kencang hingga tubuhnya berguling dan jatuh ke karpet di bawah sofa.
Tubuhnya kali ini bergetar saat Sain menahan batuk yang dia tahan untuk dia keluarkan. "A-Awan..."
Suara serak Sain mengais udara di sekitarnya yang memberat menekan tubuhnya kuat ke lantai. Dia hanya butuh untuk melihat Awan satu kali saja, agar dia bisa bernapas dengan benar. Dia mungkin bisa menahan rasa sakit ini lebih lama lagi, tetapi Sain sama sekali tidak bisa menahan rasa rindunya yang membuncah walau sedikit saja.