Pertandingan memanah untuk boygroup kini sedang berada pada tengah-tengahnya. Hawa panas menyelimuti seluruh area stadion. Karena dapat dikatakan, acara KISC adalah acara yang paling ditunggu-tunggu oleh para perempuan.
Helena menatap ke bawah. Bentuk stadion yang semakin menurun membuat area seperti cekungan. Memudahkan bagi para penonton untuk menyaksikan.
Terlihat di bawah sana, lima pria tersisa.
Helena heran, mengapa tidak ada peluh di pelipis mereka?
Ya, mungkin karena ini hanyalah pertandingan memanah dan dilakukan di waktu pertama. Sehingga, tidak membutuhkan terlalu banyak tenaga.
KelVin REBBEL, Tae-Gwang GoT, Sowoon GoT, Jasper Planetary Lords, dan Kai Planetary Lords. Mereka adalah lima pria yang tengah fokus menenangkan pikiran.
"Aku heran, mengapa tidak ada peluh di pelipis mereka?" Leetuk bertanya dengan microfon. Persis seperti apa yang Helena pikirkan!
"Leetuk Sunbaenbim, ini adalah pertandingan pertama. Waktu bahkan masih pagi. Tentu mereka tidak mengeluarkan keringat." Sojeong menjawabnya dengan nada menggoda. Berniat membongkar bahwa Leetuk yang merupakan sunbae–nya tidak bisa memanah.
"Jadi maksudmu, aku salah?"
Penonton tertawa. Selera humor mereka akan pecah ketika Leetuk yang berbicara.
Sedang, Helena kembali fokus pada pekerjaannya. "Baiklah. Sekarang, KelVin Sunbaenbim yang akan memanah duluan."
Tampak di bawah sana, KelVin—pria dengan rambut blonde–nya melambai-lambaikan tangan ke arah Helena yang berada di atas serta pada para penggemarnya. Ia bersiap untuk memenangkan pertandingan kali ini.
Waktu terus bergulir, kini giliran peserta terakhir yang akan memperlihatkan kemampuan memanahnya. Meski sejak awal, Kai telah membuat banyak orang jatuh hati atas permainannya yang mengesankan, tepat sasaran.
Pria itu telah memposisikan diri dengan baik, mencari celah di mana dirinya harus mulai melepaskan panah.
Lalu, di detik yang tepat, panah tersebut meluncur lurus mengenai titik hitam di tengah-tengah warna merah papan. Semua orang memekik senang, bahkan tak segan untuk berteriak kencang.
"Tepat sasaran!" cetus Leetuk semangat. Ia bahkan berdiri dari tempat duduknya dan menunjuk Kai dengan bangga.
O–oh ... waw?
Helena akui, Kai memang sangat pandai dalam hal memanah. Penglihatannya memang tajam. Saat Helena kehilangan kancing bajunya pun, pria itu menemukannya dengan cepat.
Dia begitu teliti.
Di bawah sana, Kai tersenyum lalu kembali mengambil satu panah yang tersisa. Seperti tadi, ia melakukan hal yang sama. Ini adalah panah terakhir. Jika di akhir ini mendapat poin sempurna, maka dipastikan Kai Planetary Lords pemenangnya.
Pria itu menghembuskan napas pelan, dan kembali fokus ke depan. Panah melesat cepat ketika Kai melepaskan jarinya pada tali busur.
Helena hampir saja memekik jika saja dirinya tak sadar sedang berada di hadapan khalayak. Kai melakukannya dengan sangat baik! Dia tepat sasaran!
Ingin rasanya Helena ikut berteriak seperti apa yang dilakukan semua orang. Namun, ia urung. Alan berakibat fatal jika saja ia berani melakukan hal itu.
"Hebat!" sembur Leetuk.
Helena mengangguk-anggukan kepalanya. "Pertandingan tadi sangat panas, saya bahkan tidak dapat menebak siapa yang akan menang."
Soloist wanita tersebut beralih menatap ke arah Sojeong.
Merasa ditatap, Sojeong akhirnya mengambil microfon yang sedari tadi menganggur. Ia sengaja tidak banyak berbicara ketika giliran Kai yang bertanding. Sojeong ingin menemani Helena yang sepertinya berusaha untuk tidak terlihat menonjol.
"Ahaha ... pertandingan memanah akhirnya usai juga! Semua peserta telah melakukan yang terbaik!" ujar Sojeong.
***
Waktu terus berjalan, dan pada akhirnya Planetary Lords merupakan group yang berhasil memborong banyak medali. Boygroup satu ini memang selalu memborong apa pun dan terlihat begitu menonjol. Meski pun lawannya merupakan senior. Tidak heran, banyak yang mengidolakannya.
Juga, entah kenapa Helena dapat bertemu dengan Kai di sisi stadion ini.
Dia tadi hanya ingin mengambil barangnya yang tertinggal, tetapi malah menemukan Kai di sini. Pria itu tengah membungkuk seperti sedang mencari sesuatu.
Sungguh, ini ketidaksengajaan. Helena sama sekali tidak merencanakan hal seperti ini. Ia benar-benar hanya ingin mengambil barang yang tertinggal, atau mungkin hilang. Terpenting, Helena lupa menaruh benda itu di mana.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Suara benturan membuat Helena mengerutkan keningnya. Ia hanya bertanya, tetapi pria itu malah terbentur dinding.
Kai berbalik dengan tangan yang masih memegangi bagian kepalanya yang baru saja terbentur. Ia setengah meringis, lalu langsung menjawab pertanyaan Helena setelah tak merasakan sakit lagi.
"Ada kipas angin kecil di bawah kursi."
Tunggu.
Helena juga sedang mencari benda itu!
"Apa warnanya?" tanya Helena dengan tujuan menuntut penjelasan. Bisa jadi, yang dimaksud Kai adalah kipas angin mininya.
"Tidak terlihat begitu jelas. Milikmu?"
"Mungkin? Aku juga sedang mencari kipas angin miniku." Helena menjawab dengan ragu. Bahaya jika dirinya sudah percaya diri menjawab, tetapi pada akhirnya itu bukanlah kipas yang dimaksud.
Kai terlihat menganggukkan kepalanya. "Akan kuambilkan."
Pria itu kembali membungkuk. Tangannya masuk ke sebuah kolong bawah kursi, terus menggapai benda berukuran lumayan besar yang sedari tadi mengganjal.
Tangan Kai berhasil meraih benda tersebut, lalu mengeluarkannya dan memperlihatkannya kepada Helena. "Ini?"
Helena mengangguk. Kipas angin mini warna merah muda itu benar-benar miliknya. "Iya."
Helena berjalan mendekat menghampiri Kai. Pria itu menyerahkan kipas angin kepada Helena.
"Makasih–"
Bruk!
Sontak, Helena dan Kai langsung menoleh ke arah tiga pria yang tak diketahui namanya. Mereka ambruk begitu saja dengan tubuh yang saling menindih.
"Kalian ... sedang apa?" tanya Kai penuh tekanan. Tatapannya tak lepas dari tiga pria yang tengah meringis. Kenzo, Jasper, dan Jaemin. Mereka benar-benar tidak dapat diandalkan. Selalu saja membuat masalah.
"O–oh ...." Helena baru mengenalnya. Mereka satu group dengan Kai, bukan? Masih menggunakan seragam olahraga yang juga sama dengan Kai.
"Ahahaha." Kenzo bangkit dan tertawa. Tangannya sibuk mengusap rambutnya menahan rasa gugup.
Disusul oleh Jasper dan Jaemin yang juga ikut bangkit. Ya, meski sedikit susah karena mereka saling menindih.
"Sepertinya ... kita menganggu di saat yang tidak tepat, ya?" Jasper kemudian tertawa paksa. Apalagi begitu melihat raut wajah Kai yang terlihat—sangat marah.
"Hyung, aku benar-benar hanya mengikuti mereka," ucap Jaemin berusaha melarikan diri dari kemarahan Kai nantinya. Dia yang termuda, berhak mendapat kemanjaan.
"Pergi." Kai menatap dengan tajam, seolah mengisyaratkan ketiga temannya untuk segera lari ke mana pun.
"Tidak apa-apa. Saya hanya ingin mengambil kipas angin ini saja. Terimakasih." Helena sedikit membungkukkan tubuhnya sebentar, lalu tersenyum kepada Kenzo, Jasper, serta Jaemin. Setelahnya, wanita itu berjalan menjauh kembali menuju ke tempat para staf menunggu.
Sedang Kai masih memandang ketiga pria di depannya tak suka.
"Oh, ayolah!" Sekarang Jasper memecah suasana. Ia beralih merangkul pundak Kai berniat menggoda. "Kau berhutang penjelasan."