Chapter 12 - MAMA

Hah ... kembali ke apartemen tersayangku.

Akhir-akhir ini, soloist yang namanya selalu disebut-sebut di artikel terpopuler, sedang mengalami hal yang begitu berat. Yah! Jadwal pekerjaan yang sangat, sangat, padat!

Perlu diketahui, Helena baru saja pulang dari Amerika Serikat. Jangan lupakan juga, saat dirinya mampir ke Jepang karena urusan mendadak. Tubuhnya mendadak remuk seketika.

Kini, beban hidupnya sedikit berkurang. Lihat. Hanya dengan merebahkan diri di kasur kesayangan, wanita itu sudah sangat senang.

"Lapar–"

Suara nontifikasi yang Helena yakin dari handphone pribadinya terdengar. Bahkan mesin dapat memotong pembicaraan manusia.

Ia meraih benda pipih dengan casing biru langit dari atas nakas. Membuka layar dengan masih tidur terlentang. Dirinya malas jika harus duduk atau bangun. Matanya juga tidak akan langsung sakit jika hanya beberapa menit saja.

From Direktur

Oh, Baek Hyeon mengirim sebuah pesan. Pastinya, itu merupakan hal penting.

[Ada perubahan jadwal. Hyun Seok akan mengkonfirmasi padamu, Helen. Comeback sudah diluncurkan. Hanya tinggal album pertamamu saja. Sebentar lagi.]

Helena ingin mengabaikan pesan dari Direktur Utama agensinya tersebut. Namun, tidak bisa. Alhasil, dia membalas meski rasa kantuk mulai menjalar ke seluruh tubuh.

[Baik, Sangjanim. Terimakasih atas informasinya.]

Baru saja Helena merasakan beban hidupnya berkurang. Tapi, besok dia harus bangun lebih pagi.

Sekarang, jam menunjukkan pukul sebelas malam.

**

Soloist mana yang tidak senang ketika meluncurkan album pertamanya? Bahkan, Helena yang terkenal dingin pun, sangat gembira tentang hal ini.

Setelah menjadi trainee selama enam tahun, dan akan merayakan dua tahun aniversary, Helena berhasil merilis album miliknya. Berjudul singkat, album 'Helena' telah menembus jumlah Pree Order untuk seorang soloist! Menjadikan Helena sebagai satu-satunya soloist yang menoreh prestasi tersebut.

Terdapat tiga versi di dalam album Helena. Versi Korea (Raw), Jepang, dan Inggris.

Terdiri dari lagu-lagu pilihan yang selalu ingin terus diputar, album tersebut mendapat banyak pujian. Nama 'Helena' pun selalu disebutkan dalam setiap acara televisi.

Tidak kalah dengan lagu lain milik Helena, ada sebuah lagu yang sangat menarik perhatian publik.

Lagu berjudul 'Two colours', sangat diapresiasi oleh banyak orang.

Tentu. Itu adalah hasil dari collaboration antara Helena dan Selena.

Jika Helena sendiri, pasti akan tetap masuk ke dalam Chart World. Apalagi ditambah dengan Selena yang kepopulerannya tidak diragukan lagi. Semua chart, dikuasai oleh soloist naungan YX Entertainemnt tersebut.

Album kali ini, sukses besar.

Helena bersyukur. Ya, ia sangat bersyukur. Ada banyak orang juga yang telah mendukung dan memberinya semangat. Mamanya, meski pun sibuk, beliau tetap meluangkan waktu untuk Video Call dengan putrinya. Lalu, keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan.

Teman-teman semasa Helena remaja pun juga tak kalah. Mereka mengirimkan pesan atau mengantar sebuah bingkisan. Terakhir, para penggemar. Mereka mendukung dengan memberikan banyak komentar positif. Meski, wanita itu perlu scroll untuk membacanya. Dikarenakan, masih banyak yang membenci Helena.

"Tujuh puluh menit lagi, Anda sudah harus tiba di lokasi syuting, Helen."

Seperti biasa, Hyun Seok akan menjelaskan jadwal-jadwal berikutnya pada Helena dengan rinci. Dia tidak mau jika nantinya Helena telat karena kesalahannya.

"Baik. Saya akan melakukan pemotretan secepat kilat, Oppa," ucap Helena yakin. Wanita itu kemudian melangkah pergi di mana para fotografer telah menunggu.

Sekitar tiga puluh menit, pemotretan telah selesai. Helena berhasil melakukannya dengan baik. Para staf dan fotografer merasa terbantu, tidak perlu lagi ada pengulangan.

"Helen." Salah seorang staf perempuan menyodorkan botol air mineral pada Helena. Diterima baik oleh wanita itu.

Tanpa ragu, Helena meneguknya. Tenang saja. Staf yang memberikan botol mineral sudah sangat akrab dengan Helena. Bahkan, keduanya sering berbagi cerita serta tawa.

"Terimakasih, Eonnie." Helena menutup kembali tutup botol tersebut. Ia akan membawanya ke perjalanan nanti, untuk berjaga-jaga ketika haus.

Staf tersebut mengangguk pelan. "Ayo. Hyun Seok Oppa telah menunggu di dalam mobil," ucapnya kemudian sembari mengajak Helena untuk segera ke ruang parkir bawah.

***

Jika dihitung, dalam setahun ini, Helena hanya dapat empat kali mengunjungi rumah ibunya. Termasuk, kali ini.

Ya, meski solois tersebut harus rela memadatkan jadwal dan beradu mulut dengan sang manager. Beruntungnya, Hyun Seok adalah orang yang pengertian.

Berdiri di depan rumah mewah yang selalu dirindukan. Helena menarik napas panjang, dan menghembuskannya perlahan.

Rumah dengan gaya modern nan sederhana tersebut dapat dipastikan selalu menarik perhatian orang-orang. Dinding putih bersih yang selalu menjadi benteng raksasa bersaing dengan langit malam yang indah. Helena akui, selera sang ibu memang sangat tinggi.

Wanita itu berdiri di teras rumah yang dapat dikatakan luas. Ia menekan tombol hitam dengan ukuran yang sebesar jam tangan.

"Mama?" Helena mendekatkan wajahnya pada sebuah layar, mencari posisi yang pas agar pemiliki rumah dapat melihat siapa yang datang.

Hening. Helena menyingkirkan jari telunjuknya dari tombol trrsebut. Tidak ada perubahan sedikit pun. Helena berbalik, menatap pagar hitam tanpa celah yang barusan menjadi tempat dirinya masuk. "Penjaga tadi di mana?"

Kembali ini merupakan salah Helena. Ia datang tanpa persiapan. Karena berpikir, pasti 'mama' akan ada di rumah. Bukankah ini hari Minggu?

Alhasil, Helena beralih menatap handphone yang sedari tadi digenggam. Dia akan menghubungi mamanya.

"Halo? Mama?" tanyanya selepas panggilan telepon diangkat.

"Halo. Ada apa, Sayang?"

"Mama ada di dalam rumah?"

"Iya. Mama baru masak."

"Helena ada di teras rumah. Tadi udah tekan, tapi mama tidak dengar." Kini Helena memberi tahu.

"Oh, tadi mama di kamar mandi sebentar, Sayang. Tunggu, mama bukakan dulu."

Helena mengangguk mengerti. Meski pun, mamanya tidak akan melihat. Ia hanya berdiri menunggu tanpa mematikan teleponnya.

Satu menit, dua menit, tiga menit, pintu putih kokoh yang menjadi penghalang Helena masuk akhirnya terbuka. Terlihat sosok yang jarang terlihat.

Wanita yang hampir menginjakkan umur empat puluh tiga tahun itu masih terlihat cantik. Menggunakan celana soft jeans hitam di atas mata kaki, dengan baju putih dengan renda biru langit. Rambut beliau se–bahu, menambah kesan yang begitu elegan.

Helena memutuskan telepon yang sedari tadi menyala, lalu menatap wanita yang sudah melahirkannya lekat-lekat. Ia menghambur memeluk ibunya, dengan setengah membungkuk karena kini dialah yang jauh lebih tinggi.

"Mama ...."

Wanita yang dipanggil 'mama' tersebut tersenyum. Lantas, mengelus rambut putri semata wayangnya pelan. Menyalurkan rasa rindu yang besar sebagai seorang ibu.

"Mama hanya bisa lihat Helena di internet." Di sela-sela pelukan, ibu berujar. Dia tertawa pelan, candaannya sangat kering.

Pelukan berakhir. Helena mengangkat paper bag yang tadi ia bawa, menunjukkannya pada sang ibu. "Aku membawa hadiah, Ma."

"Ini rumah kita. Tidak perlu membawa hadiah jika ingin datang ke sini. Ayo, masuk. "