AUTHOR POV
Flora saat itu berada di dalam kamarnya. Dia sedang mempersiapkan segala sesuatu yang di perlukan untuk sekolah besok. Setelah dua hari membolos rasanya ada suatu kerinduan dengan sekolah nya itu.
Ahh pasti banyak materi pelajaran yang ketinggalan, dia akan meminjam catatan Lusi dan Sisi agar ketinggalan materi ilmu bisa di kejar. Besok Flora akan bertemu lagi dengan dua orang teman akrabnya yang rempong itu. Mereka pasti akan kepo ingin tau kemana Flora bolos dua hari ini.
Flora membuka laptopnya yang sudah seminggu seakan di lupakan. Flora menyambungkan laptop nya dengan jaringan internet yang terpasang di rumahnya. Flora mendapatkan email yang baru saja masuk.
" Dari siapa ? " tanya Flora dalam hati .
Flora membuka email itu dan membuat tanda tanya yang mengusiknya beberapa hari ini terjawab sudah.
Wajah Flora sangat sumringah membaca email dari Joy. Ada perasaan lega dan juga rindu yang dia rasa.
***
From: Flora I Kesuma
To: Joy Pranata
" Aku sangat senang kau masih mengingatku Joy. Kau tau aku sangat khawatir saat kau hilang dan tak ada kabar dari mu.
Aku akan selalu menunggu kamu Joy. Aku harap kamu baik-baik yaa di sana. Jangan lupa makan. Dan jaga selalu hati kamu untuk ku yaa.
Salam sayang selalu
Flora
Send
***
Ada perasaan sedih mengetahui dia dan Joy akan menjalani long distance relationship. Mereka akan menjalin hubungan jarak jauh . Flora yang sudah terbiasa dengan kehadiran Joy sejak kecil harus berjauhan selama Joy menimba ilmu di Harvard university. Namun mereka masih bisa bertemu saat libur Semester Joy akan kembali ke Jakarta. Flora tak pernah menyangka jika kencan mereka di danau tempo hari adalah yang terakhir.
" Joy ..... Aku merindukan mu. Cepatlah kembali".
***************
Sarah masuk kedalam kamar Flora yang tak terkunci. Dia mendapati gadis remaja itu sedang asyik dengan laptop dan earphonenya.
" Sialan. Enak-enakan dia santai-santai di sini" Sarah mendekati Flora , dengan cepat dia menutup laptop itu dan menjambak kasar rambut hitam Flora.
" Aawwww ... Sakit tante.. " pekik Flora.
" Bagus ya kamu santai-santai. Sekarang kamu ke dapur siapkan minuman dan camilan untuk teman arisan ku. Cepat enggak pakek lama"
" Iya tan . iya. Tapi lepas dulu tan. Sakit ini ......"
Sarah melepaskan cengkramannya. Dia meninggalkan Flora dan segera menemui teman arisannya para wanita sosialita Jakarta.
Sebenarnya Sarah masih sangat kesal dengan Flora. Bagi Sarah karena gadis itu Joy menjadi jauh darinya. Memang Flora Tidak tau apa-apa tentang Mr.Xander Junior yang sudah mengatur semuanya agar Joy menjauh dari Flora dan hal itu membuat Sarah geram namun tak bisa berbuat sesuatu apapun mengingat lelaki itu sangat berkuasa dan kaya raya .
" Jeng Sarah kemana aja sii " tanya Nensi mamanya Lusy teman sekolah Flora yang merupakan istri dari pejabat dewan perwakilan rakyat.
" Maaf lo jeng. Tadi saya ke kamar sebentar " jawab Sarah yang mendekat duduk bergabung dengan kumpulan teman sosialita arisannya.
Flora datang dan menyuguhkan minuman dingin dan camilan untuk tamu tante Sarah.
" Wah cantiknya. Masih muda lagi "
Kata salah seorang dari perkumpulan wanita itu.
" Dia.. Ke.. Ahh tak penting , ayoo silakan di nikmati dulu hidangan kecilnya sebelum kita kocok arisannya" kata Sarah tak memperdulikan Flora.
Nancy yang melihat pemandangan tersebut hanya bisa diam menatap iba kepada Flora yang di perlakukan tak adil di rumah nya sendiri.
****************
Dengan langkah sempoyongan Devani keluar dari lift yang mengantarnya ke apartementnya. Dia bisa melihat seorang lelaki yang sudah menunggu di depan pintu apartementnya.
" Sial. Kenapa dia harus ada disini" desis Devani yang sangat malas bertemu dengan lelaki itu.
" Akhirnya kau menampakkan diri. Dari mana saja kau ? Aku terus mencari mu tapi tidak menemukan mu. Dan kau juga tidak bisa di hubungi. Carmen meneger mu bilang kau membatalkan pemotretan untuk pergi ke luar kota. Kau ke...
Belum sempat Philip berujar lagi Devani mengarahkan jari teluntuknya ke bibir Philip membuat lelaki itu menghentikan kata-katanya.
" Sssttt diam .. Aku lelah. Aku mau istirahat. Sebaiknya kau pulang" kata Devani yang memang nampak sangat lesu dan pucat.
" Kau kenapa ? Kau sakit ? " Philip mengulurkan jemarinya ke arah dahi Devani yang hangat.
" Kau demam. Kau juga sangat pucat "
Devani menggeleng
" Aku ti.. Dak.. " seketika Devani rubuh tak sadarkan diri. Untung Philip dengan sigap menangkap tubuh Devani yang semakin kurus itu.
Philip menggendong Devani masuk kedalam apartement dan merebahkan Devani pada ranjang di kamarnya.
Philip mengompres dahi Devani dengan handuk yang sudah di basahi dengan air hangat. Dia berharap demam Devani akan turun dan besok Devani kembali sehat.
" Cepat sembuh sayang. Jangan buat aku khawatir" Philip membelai wajah Devani yang semakin tirus dan pucat itu. Dia mengecup kening Devani dan bibir kenyal nan tipis itu.
Kemudian Phillip menatap ke arah perut Devani yang agak membuncit. Dia mengelus lembut dengan sayang.
" Tumbuh sehat anakku, cepatlah lahir ke dunia. Papa sangat menyayangimu dan mencintai mama mu" Philip mengecup perut Devani yang di yakini nya sedang bertumbuh benih dari nya.
Philip masih teringat saat dia mengikuti Devani dua hari yang lalu. Di sebuah cafe menunggu begitu lama hingga Devani naik ke lantai 5. Seperti nya Devani akan menemui sesorang di atas sana. Philip ingin mencari tau siapa kah yang di temui Devani namun akses untuk masuk ke apartement tersebut sangat lah terbatas hingga Phillip memutuskan untuk menunggu saja. Siapa tau Devani akan turun sebentar lagi. Namun berjam-jam menunggu tak ada tanda-tanda kedatangan Devani. Hingga Philip menyerah. Mungkin Devani perlu waktu untuk menyendiri. Philip sangat mengkhawatirkan kondisi Devani yang rentan semenjak kejadian berdarah di kamar mandi sebulan yang lalu. Dimana philip harus meninggalkan Catty yang sama kesakitannya dengan Devani. Namun karena rasa cinta yang begitu besar terhadap Devani, Philip mengabaikan Catty dan memilih menemui Devani yang juga sekarat.
Terbersit perih dari lubuk hati terdalam philip karena membiarkan Catty menanggung derita sendirian . Dan kini dia harus menanggung rasa bersalah yang mendalam karena tak sempat minta maaf kepada Catty yang seakan lenyap.
Philip mengusap kasar wajahnya. Pikiran nya telah di penuhi oleh dua wanita yang sama berartinya di hati. Devani dan Catty.
" Aaarrggghhhhh apakah aku mulai gila sekarang "
*****************
Seminggu kemudian
Jake sedang menghadiri acara resepsi pernikahan salah satu rekan bisnisnya. Jake menghadiri acara itu bersama Devina yang memang dalam masa cuti kerja dan ingin menenangkan jiwa nya yang terguncang karena kepergian sang papa untuk selamanya.
Gabriel ayah dari si kembar Devina dan Devani mengalami serangan jantung karena shock setelah mengetahui jika Devani hamil di luar nikah. Setelah 3 hari tak sadarkan diri Gabriel meninggal dunia dengan meninggalkan penyesalan mendalam terhadap Devani yang tak sempat memperbaiki hubungan nya dengan sang ayah.
"Devin... Kenapa melamun saja? " tanya Jake yang berada di dekat Devina.
"Ahh tidak. Aku hanya sedang tidak mood"
"Aku mengerti perasaan mu. Tapi kau tidak boleh tenggelam dalam kesedihan terus menerus. Om Gabriel di surga sana pasti tak suka melihatnya"
"Iya Jake. Aku tau...
Semakin malam acara semakin ramai dan makin banyak tamu undangan yang hadir tak terkecuali Philip yang mengajak Devani hadir ke acara tersebut. Kedatangan mereka langsung membuat heboh acara tersebut dan para pencari berita langsung menyerbu mereka yang terlihat sangat serasi.
" Hai Deva "
" Deva bisa kau jelaskan apakah kau memiliki hubungan dengan Philip Handerson? "
" Sudah sejauh apa hubungan kalian ? "
Dan masih banyak lagi pertanyaan yang di lontarkan para wartawan. Devani melangkah dengan anggun di sisi Philip. Hingga dari kejauhan dia melihat Jake yang terlihat sangat dekat dengan Devina. Devani sangat cemburu dan langsung melingkarkan tangannya pada lengan kokoh milik Philip seolah menjawab segala pertanyaan para pencari berita .
" Ternyata mereka sepasang kekasih "
" Pasangan yang serasi "
***************
Di tempat yang sama, seorang lelaki melihat kedekatan Devani dengan Philip. Dia menggeram kesal.
" Silakan sampanye nya tuan " kata seorang pelayan menawarkan minuman yang di bawanya.
Lelaki itu meraih satu gelas dan langsung meneguk habis minuman itu. Kemudian dia mengambil segelas lagi sambil berjalan dan tetap memperhatikan Devani.
Bruuuuukk
Lelaki itu tak sengaja menabrak orang di depannya hingga minuman yang di bawa nya membasahi tuxedo hitam orang yang di tabraknya.
" Oohh. Shitt.. "
Kedua lelaki yang bertabrakan itu saling pandang sejenak.
" Maafkan aku . Aku tak sengaja Mr.xander Junior" kata lelaki yang menabrak Jake .
" Ohhh tak masalah. Santai saja" ucap Jake santai sambil melepas tuxedo hitamnya. Hingga dia sekarang hanya mengenakan kemeja biru kelamnya.
" Ku rasa kita tak saling kenal "
Lelaki itu tersenyum tipis.
" Siapa yang tidak mengenal satu-satunya pewaris Xander group. Semua orang mengenal anda"
" Benarkah begitu"
" Oh iyaa kita belum berkenalan" lelaki itu mengulurkan tangannya.
" Aku Reinhard Russel Black"
Jake hanya menatap datar pada uluran tangan lelaki itu tanpa balas menyalami.
" Kau sudah kenal aku kan"
Jake memalingkan wajah tampannya dan menarik Devina menjauh .
" Ayoo Devi kita pulang "
" Jake kau tak sopan " ucap Devina berbisik di telinga Jake.
" Aku hanya membalas orang yang sudah mengotori tuxedo mahalku" ucap Jake santai.
Reinhard hanya menatap kepergian Jake.
" Sombong sekali kau adik ....!!!!" Reinhard tersenyum sinis.
Lelaki itu kehilangan Devani dari penglihatannya karena pertemuan tak terduga dengan Jake.
Ketika dia akan ke toilet dia berpapasan dengan wanita yang di carinya.
" Kita bertemu lagi sayang"
" Mau apa kau di sini ? " Tanya Devani yang selalu gugup jika bertemu dengan si Black.
" Tentu saja menghadiri undangan rekan ku" jawab Reinhard santai.
Dia kemudian mendekat ke arah Devani dan mengunci Devani pada sudut yang tak terlihat dari lorong itu.
Reinhard membelai lembut wajah Devani dan melumat habis bibir Devani dengan rakus.
" Aku sangat merindukan mu. Kemana saja kau pergi dan tak lagi menemuiku" Reinhard setengah berbisik di telinga Devani. Deru napasnya yang menggebu terasa hangat di rasakan wanita itu.
" Urusan kita sudah selesai Rein. Tidak bisa kah kau melepaskan ku"
" Tidak akan sayang. Kau telah terikat dengan ku" Reinhard mengecup singkat bibir tipis Devani dan turun ke arah leher. Dia menjilat dan memberi gigitan kecil pada daerah itu dan membuat desahan tertahan keluar dari mulut wanita itu.
" Aku mohon Rein. Lepaskan aku"
Reinhard menghentikan cumbuannya pada diri Devani. Dia menatap tajam pada wanita di depannya.
" Aku tidak akan melepas sesuatu yang menjadi milikku. Apalagi sekarang di sini benih ku telah tumbuh " Reinhard meletakkan tangannya pada perut Devani .
" Sekarang kau ikut aku. Ikuti semua perkataanku. Aku telah mengurus semua nya" Reinhard menarik paksa Devani untuk meninggalkan tempat acara tersebut .
***************
Lelaki itu melangkahkan kaki nya keluar dari lift. Sepuluh langkah lagi dia akan sampai pada apartement yang di tempatinya dengan nomor 918. Dia teringat dengan perempuan cantik seumuran Flora yang di tolong nya saat insiden berdarah dua bulan lalu di kamar seberang apartementnya.
" Apa kabarnya gadis itu ? " tanya Joy dalam hati.
Joy memang tidak terlalu akrab dengan tetangga. Namun Joy sempat beberapa kali melihat dan bertemu dengan gadis itu beberapa bulan terakhir.
Joy hanya ingat namanya Catterina. Yaa Catterina nama yang cantik secantik orangnya. Tapi tetap Flora yang paling cantik menurut Joy.
Setelah berada dalam kamarnya Joy membuka laptopnya dan menyambungkannya dengan internet. Joy berharap Flora sudah membaca email nya.
Joy amat senang saat mendapat balasan dari Flora. Ada perasaan lega saat tau Flora tidak marah padanya. Dan Joy sudah mengantongi kepercayaan Flora padanya.
***
From: Joy Pranata
To: Flora I Kesuma
" Aku sangat lega kamu tidak marah sama aku Flo. Terimakasih karena kamu masih mau percaya sama aku. Aku janji secepatnya aku akan menyelasaikan pendidikanku dan kembali ke Jakarta"
08114777xxxx ini nomor hape ku. Hubungi aku yaa honey ..
Yang merindukanmu
Joy
Send
***
Joy menutup laptopnya dan merebahkan dirinya pada ranjang besarnya. Lelah dan mengantuk menderanya hingga dia terlarut ke alam mimpi.
*******************************†*
Flora sedang membaca pesan dari Joy. Dia sangat senang Joy meninggalkan nomor handphonenya. Hal itu tentu akan mempermudah akses komunikasi di antara mereka. Flora mengambil smartphone nya dan memasukkan nomor kontak Joy dan melakukan panggilan.
Lama Flora menunggu jawaban. Hingga akhirnya suara serak khas orang bangun tidur terdengar.
" hmm yaa hallo "
"Joy ? Kau kah itu ?"
Joy yang masih setengah sadar langsung bangkit dan duduk. Dia masih tak percaya bisa mendengar suara renyah mirip seperti milik kekasih hatinya.
" Flo. Ini kau ?"
" Iya Joy, aku Flora"
" Benar ini kau Flo ? Ya ampun aku sangat senang mendengar suaramu. Kau tau Flo , aku sangat merindukanmu honey " kata Joy dengan sangat bersemangat.
" Iya joy aku juga kangen kamu. Bisakah kita bertemu saat kamu liburan nanti ? "Tanya Flora penuh harap.
Joy diam sejenak. Bagaimana dia bisa memberi alasan yang logis pada Flo jika dia tidak boleh lagi menemui Flo dan berhubungan dengan gadis itu. Alasan yang di terimanya sangat lah tidak masuk akal jika Flora sudah di jodohkan dengan seseorang sejak Flora kecil. Lalu yang menjadi pertanyaan Joy selanjutnya, siapakah lelaki beruntung yang di jodohkan dengan Flora ?
" Joy .. Kau dengar aku ? Kenapa kau diam saja? '' tanya Flora lagi.
" Entah lah Flo. Aku akan cari cara agar bisa menemuimu"
************
Ke esokan harinya di ruang kerja Daniel
" Hentikan semua ini Sarah " bentak Daniel sangat marah kepada istrinya.
" Aku tidak akan berhenti sebelum mendapatkan semua yang ku mau" ucap Sarah menentang kata-kata suaminya.
" Mengertilah Sarah, aku sudah tidak bisa melindungimu. Kau sudah terlalu banyak menghabiskan dana perusahaan hampir separuh nya. Joseph tentu sudah mengetahui kemana hilangnya aliran dana itu. Dan kau harus bersiap-siap untuk meringkuk di balik sel penjara"
Sarah tertawa sinis.
" Bukan hanya aku tapi kau juga akan ikut terseret Daniel sayang. Karena apa hmm . karena kau mengetahui semua itu tapi kau diam. Kau ikut berperan juga dalam hal itu"
" Aku bilang hentikan Sarah. Jika tidak, aku akan bongkar semuanya dan aku tidak mau lagi melindungimu" Daniel menghembuskan napas beratnya.
" Dan aku juga akan urus perceraian kita "
" Apa katamu ? Kau mengancamku dan ingin menceraikan ku begitu ? "
Sarah menggelengkan kepalanya. Dia memutar bola matanya dan tersenyum sinis ke arah Daniel.
" Jika kau cerai dari ku siap-siap jadi gembel"
" Aku tidak peduli. Aku sudah sangat bosan hidup dengan mu. Kau semakin menggila dan tamak" Daniel pergi menjauh meninggalkan Sarah dari ruangan kerjanya.
" Rena saya mau keluar dulu dan tidak akan balik ke kantor lagi. Kalau ada hal penting tolong di pending di hari esok yaa" kata Daniel kepada sekertarisnya kemudian melangkah pergi.
Daniel sangat kesal dengan sikap Sarah yang diluar batas. Wanita itu kini menjadi seorang yang gila harta dan tak lagi menghargainya sebagai suami. Dengan kesal Daniel menjalankan mobilnya menuju ke apartementnya yang tidak di ketahui Sarah.
*********************************
Newyork
Jake baru saja melangkahkan kaki nya keluar dari mobilnya yang diparkirkan di halaman luas mansion mewah bergaya klasik itu. Beberapa penjaga terlihat berjaga di sekitar memberi hormat kepada tuan muda mereka.
"Selamat datang tuan muda. Anda sudah di tunggu tuan besar di ruang makan " kata bibi margaretha menyambut kedatangan jake.
" Iya . bibi terimakasih" dengan langkah besar nya Jake memasuki mansion besar itu. Ruang makan ada di lantai dasar di samping ruang keluarga. Dari ruang makan bisa langsung melihat taman bunga nan indah yang selalu di rawat dengan baik untuk mengenang almarhumah nyonya Madeline ibu Jake yang gemar berkebun tanaman bunga.
" Ahh kau datang juga son. Kemari lah. Kita makan siang bersama" kata Anthony dengan santai melihat Jake sudah ada di dekat meja makan yang panjang itu. Terdapat 10 kursi di meja itu. Anthony duduk di sisi depan dan Devani di sampingnya.
Jake kaget melihat keberadaan Devani duduk di dekat ayahnya.
" Kenapa kau diam saja. Sini duduk di dekat ku" kata Anthony menunjuk kursi di dekatnya yang berseberangan dengan Devani. Bukan Jake tidak mau duduk di dekat ayah nya. Hanya saja dia tak ingin melihat Devani dari dekat.
" Tidak akan " desis Jake pelan tak terdengar oleh ayahnya.
Jake memilih duduk di sisi ujung meja yang panjang itu hingga dia terlihat berseberangan dengan ayahnya dari sudut yang agak jauh.
" Kenapa kau duduk di sana son"
" Aku sudah nyaman di sini" jawab Jake.
Hening sesaat.
" Bisakah kita mulai makan siang ini. Aku sudah lapar " kata Jake lagi.
Makan siang itu berlangsung dengan suasana amat canggung. Hanya denting sendok dan garpu yang terdengar bersahutan di ruangan itu. Hingga Anthony mulai berbicara.
"Son. Mulai hari ini Devani akan tinggal di sini"
Uhukkk
Uhukkk
Jake tersedak makanannya terbantuk-batuk. Dengan sigap bibi Margaretha menyodorkan air putih untuk tuan muda nya.
" Minum lah tuan" kata Margaretha sambil mengelus elus punggung Jake.
Jake mengambil gelas berisi air itu dan meminumnya hingga tak tersisa.
Devani tersenyum kecil melihat ekspresi terkejut Jake yang tersedak makanan karena penuturan Anthony yang mengijinkannya untuk tinggal di mansion miliknya.
***
Flashback on
Di apartement Reinhard Russel Black.
" Mau apa kau membawaku kemari. Aku sedang malas melayani napsu binatang mu brengsek" kata Devani ketus.
" Sayang aku merindukanmu. Beberapa hari ini kau selalu menghindariku dan kau tak lagi menghubungiku" Reinhard mengelus lembut wajah tirus Devani.
Devani menepis tangan Reinhard dari wajahnya dengan kasar.
" Jangan sentuh-sentuh aku sialan"
" Ssttttt.... " Reinhard mendaratkan jari telunjuknya pada permukaan bibir Devani.
" Wanita hamil di larang mengumpat calon ayah bayinya " kata Reinhard lagi.
Kemudian dia menjauh dari
Devani dan mendekat ke arah jendela kaca yang sebesar pintu itu. Dia menggeser jendela itu hingga terbuka .Dia melangkahkan kakinya ke arah balkon. Semilir angin malam seakan menyambutnya dan mempermainkan rambut ikalnya yang gondrong sebahu itu. Lelaki itu menoleh ke belakang ke arah Devani yang masih mematung berdiri di dekat sofa.
" Sayang .. Kemari lah" Devani dengan malas mendekati Reinhard.
" Lusa kau harus datang ke kediaman keluarga Xander. Tugas mu adalah meyakinkan si tua Anthony untuk menerima mu tinggal di sana" kata Reinhard memerintah.
" Kenapa aku harus tinggal di sana ? Aku tidak mau"
" Kau harus mau. Tugas mu merusak hubungan Anthony dan Jake agar mereka selalu bertengkar. Terserah bagaimana caranya. Kau pikirkan sendiri pakai otakmu"
Devani hanya diam. Dia sudah sangat muak dengan Reinhard yang memperalatnya. Padahal tujuan utama Devani mendekati Reinhard untuk melancarkan rencananya untuk memiliki Jake lebih mudah. Namun sekarang malah dirinya yang terperangkap ke dalam kekuasaan dan permainan seorang Reinhard Russel Black.
" Kenapa diam hmm" tanya Reinhard sambil memandang Devani.
" Baiklah. Diam mu ku anggap sebagai persetujuanmu akan rencanaku. Terimakasih sayang. Kamu memang fathner yang hebat" kata Reinhard pelan di telinga Devani. Deru napas hangat itu seakan menggelitik di rasa Devani.
Cup
Sebuah kecupan lembut terasa di leher Devani tepat di titik sensitifnya. Membuat Devani mengigit pelan bibir nya menahan desahannya.
" Aku menginginkan mu sayang " kata Reinhard setengah berbisik di telinga Devani terdengar begitu sensual.
Flashback off
***
Reinhard memarkirkan mobilnya pada seberang jalan dari depan gerbang masuk mansion mewah itu. Dia terus menatap nanar pada bangunan besar itu.
" Rumah keluarga Xander yang mewah dan sangat nyaman. Sepertinya Devani akan betah tinggal di sini"
Reinhard meriah smartphone nya dan melakukakan panggilan ke pada wanita yang di cintainya. Lama dia menunggu dan panggilannya sama sekali tidak di hiraukan Devani.
" Sialan. Beraninya dia mengabaikan telponku" Reinhard mencengkram kemudi mobilnya dengan geram.
Tak lama gerbang nan kokoh itu terbuka sebuah mobil sport hitam keluar. Itu Jake dia pasti akan menuju kantornya. Selang beberapa menit mobil ferary warna merah keluar .
" Sialan . Itu Devani " pekik Reinhard yang langsung melajukan mobilnya mengikuti Devani. Hingga berhenti pada suatu lokasi shooting. Devani keluar dari mobilnya dan berjalan santai menuju tempat shooting acara talk show di salah satu TV swasta. Baru beberapan langkah. Devani merasa ada yang menariknya dengan kasar dan memaksanya ikut.
Kini Devani sudah ada di dalam mobil Reinhard.
" Sialan. Apa mau mu mengikuti ku brengsek" kata Devani kesal dengan nada bicara tinggi.
" Sudah ku bilang wanita hamil tidak boleh mengumpat sembarangan"
" Cih. Apa pedulimu"
" Jelas aku peduli. Karena di dalam perutmu ada benihku yang sedang bertumbuh" kata Reinhard sambil memegang perut Devani.
Devani mendengus kesal.
" Kenapa kau datang ke lokasi shooting ku. Kalau ada wartawan di sekitar sini yang melihat kamu dan aku bagaimana hah ? Bisa berantakan semua nya"
Reinhard nyengir dan dengan santai nya berkata " Tenang lah aku sudah memperhitungkan semuanya. Aku hanya ingin mengingatkanmu agar tak lagi menghindariku Jika nanti aku menghubungimu"
Devani memutar bola matanya jengah.
" Baiklah. Sekarang aku turun dari mobil sialanmu ini. Dan ingat jangan ganggu aku di lokasi shooting"
" Baiklah baby"
Cup
Reinhard melumat habis bibir mungil Devani hingga mereka hampir kehabisan napas.
" Emmmmppttt lepas " Devani mendorong kuat Reinhard hingga ciuman hot itu terlepas.
Plakkkkk
Tamparan yang tercetak jelas di wajah tampan Reinhard terasa panas.
" Kau brengsek Rein. Kau sialan. Kau..
Kau... Arrrrggghhhhhhh"
Devani membuka pintu mobil namun sebuah tangan kekar menahanya.
" Apalagi brengsek"
" Rapikan dulu penampilanmu. Lihatlah di kaca itu. Lipstikmu sudah berantakan kemana-mana"
Reinhard tertawa terbahak-bahak mendapati wajah Devani yang merona entah dia masih marah atau hanya malu.
***********