Binar merebahkan tubuhnya pada kasur kesayangannya, tidak ada yang dia pikirkan selain ucapan Athala tadi.
Dia bangkit tiba-tiba kemudian menghela napasnya, "Jerman dan Indonesia, itu gak mungkin bukan?" tanyanya pada diri sendiri,
"Benar, tidak akan ada." ucapnya setelah itu,
Dia merebahkan tubuhnya lagi.
Memaksakan dirinya untuk tidur adalah salah satu yang dilakukan Binar hari ini, biasanya dia tidak akan begini.
"Sial, malah gak bisa tidur!" gumamnya kesal, keluar bukan solusi yang tepat karena di depan pasti ada penjaga yang akan melaporkan ini kepada bundanya.
"So?"
Binar mengambil laptopnya, lebih baik untuk mengerjakan tugas kuliah sebelum semester baru datang. Dia yang jarang masuk dan jarang menghadiri kelas kerap kali membuat dosen yang harus menghubunginya. Jika saja Binar bukan anggota keluarga Diamond Dark, mungkin dosen yang akan Binar datangi, bukan sebaliknya.
Saat-saat seperti ini terkadang mengingatkan dirinya saat pertama kali menjadi generasi ketiga dengan gender perempuan satu-satu. Dia memiliki banyak saudara sepupu, tetapi tidak ada satupun yang dekat dengannya. Karena kakek yang hanya mengharapkan anak laki-laki, Binar selalu di pandang sebelah mata oleh keluarga kakeknya, neneknya pun begitu. Binar tidak pernah mendapat kasih sayang sejak dulu, hanya dari bunda dan hal-hal kecil dari ayah.
"Diamond Dark dibuat saat pertama kali kakek menginjak umur sepuluh tahun, pertama kali mendapatkan kekerasan fisik dari orang tuanya, Kakek selalu bersumpah untuk membalas dendam padahal itu orang tuanya sendiri." gumam Binar yang masih saja kesal mengenai hal itu, kenapa tidak minta maaf atau bilang bahwa kakeknya memohon agar tidak ada lagi pertengkaran. Bukankah seharusnya anak sepuluh tahun tugasnya belajar, bermain, dan menonton televisi? Tapi kenapa kakeknya berbeda, dia bahkan sejak kecil sudah bermain dengan senapan saat zaman peperangan dulu, lihai bermain dengan banyak bilah pisau, bahkan mahir menjahit.
"Kakek layak sekali mendapat predikat psikopat berhati mulia," ucapnya, Kakeknya memang baik tetapi hanya pada klien yang memiliki masalah sama dengannya.
Alasan Binar tidak mau masuk ke Diamond Dark adalah, dia tidak memiliki keterampilan berbicara. Kemampuannya tidak masuk dalam kategori pantas untuk berada di circle kehidupan para keturunan D2, dulu dia tidak pandai memakai senapan bahkan pisau pun tidak ahli. Saat di uji coba untuk hal-hal itu, Binar gagal. Awalnya dia sedih dan merasa tidak adil, merasa bahwa kakek sangat tidak menyayangi dirinya karena saudara sepupu Binar pun tak ahli di bidang tersebut, tetapi masih bisa masuk dengan kedok akan di ajari.
Masalahnya hanya satu, Binar adalah seorang perempuan. Oleh sebab itu, dia memilih untuk bekerja dengan perusahaan yang ada dong bawah naungan D2. Bertemu dengan Marcel, Fang, dan banyak orang baik lainnya membuat Binar nyaman dan akhirnya dia bisa mencapai garis ini.
"Bahkan sekarang aku tidak di bolehkan untuk pensiun," ucapnya menyesal, menjalani pekerjaan gelap seperti ini tidak akan menerangi akhiratnya.
"Akupun ingin berkuliah dengan tenang, mencoba makanan kantin tanpa ada yang menatapku, bahkan aku memiliki banyak pemikiran tentang menikah." gumamnya,
Keturunan D2 di generasi ketiga belum ada satupun yang berpikir untuk menikah, karena mereka tidak mau keturunannya bekerja seperti apa yang sekarang di kerjakan oleh mereka dan para senior lainnya.
"Masa depan sudah sangat terlihat gelap untukku," ucap Binar dengan tawa ringan.
Banyak kisah yang sangat menyenangkan untuk dia ceritakan pada anaknya nanti, tentang bagaimana buruknya orang tua anak itu yang tak lain adalah dirinya. Membayangkannya saja sudah membuat Binar tertawa, bagaimana jika benar-benar dia bisa lepas dari kehidupan menyeramkan ini?
Binar menguap, rasanya dia mengantuk sekarang padahal baru beberapa lembar buku materi kuliahnya.
"Enghh—" lenguhnya, dia menoleh ke arah ponsel yang berbunyi. Tertera nama Alvino.
"Hallo?"
Bagaimana Alvino bisa menghubungi dirinya padahal bukankah perjanjian itu sudah di atur, tentang tidak boleh ada siapapun yang menghubungi Binar kalau sampai ada yang menghubungi nya dia akan menjadi incaran Frang.
'Binar?' ucapnya tipis
Binar mengernyit.
'Siapa yang menelpon?' tanya Marcel,
"Iya, aku akan menghubungimu lagi nanti, ya... sampai nanti,"
Binar mematikan sambungan ponselnya, terdengar dari nada suara Alvino rasanya sedikit berbeda dari biasanya. Pasti ada masalah yang sedang di alami oleh pria itu, perjanjian harus tetap menjadi perjanjian. Tidak ada yang boleh tah bahwasanya barusan Alvino menelpon dirinya.
"Dosen ku," jawab Binar atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Marcel.
'Kukira siapa, yasudah kau bisa mematikannya hari ini. Besok dan lusa aku hanya mendengarkanmu tanpa adanya tugas, tidak apa?'
Binar berdeham, "Laporkan yang baik-baik saja pada atasan, jangan laporkan keburukanku padanya. Kau tau dia sangat menyebalkan bukan?" ucap Binar pada Marcel,
'Ya, aku bahkan sangat paham lebih dari siapapun'
"Haha, yasudah. Selamat malam, aku akan tidur cepat hari ini."
Setelah mengucapkan itu, Binar melepas dan mematikan audio nya. Kemudian dia menghela napas, pertama memastikan bahwa tidak ada kamera atau audio perekam yang terpasang di kamarnya. Setelah dirasa tidak ada, Binar meraih ponselnya dan kembali menelpon Alvino.
"Hallo, ada apa?" tanyanya,
'Bisa bantu aku?'
"Ada apa?" tanyanya,
'Tolong sekali saja, hubungi aku saat kamu butuh bantuan dan tetap menjadi Binar yang gue kenal. Bisa?'
Binar mengernyit, rasanya ada yang aneh dengan Alvino.
Tidak! Apakah Alvino menyukai dirinya?
Binar berdeham, dia sedikit anti dengan hal-hal seperti ini, karena terdengar menjijikan. Jujur saja.
"Maaf, ini nomor siapa ya? Kenapa berbicara seperti itu? Dengan Diamond Dark disini, ada yang bisa saya bantu?" Binar terpaksa memakainya.
'Diamond Dark?'
"Jika tidak ada yang dibicarakan bisa hubungi kami saat ada yang perlu di bicarakan, Anda juga bisa menghubungi e-mail kami menceritakan masalah yang Anda milikki dan apa yang harus kami lakukan, terimakasih semoga harimu menyenangkan."
Binar terdengar benar-benar seperti robot.
"Untuk apa dia bicara seperti itu?" tanya Binar, "Cih, menjijikan."
"Hari ini aku akan tidur, dan besok aku akan berolahraga sebelum kembali ke negara itu dan menyelesaikan tugas-tugas akhir sebelum pensiun."
"Jangan lupa, lusa dia akan datang. Tunggu saja, aku akan melihat apakah bocah itu benar-benar datang untuk darahku?" gumam Binar, menyenangkan jika bisa melihat Athala lagi. Ingat bahwa Athala hanyalah korban, dan Binar adalah pelaku. Bagaimana bisa yah seharusnya membenci Binar jadi malah dekat dengannya, begitupula yang di alami oleh Binar. Saat menangani kasus Athala dan sifatnya yang benar-benar buruk itu, Binar menemukan satu fakta yang menegaskan bahwa. Athala hanya kesepian, dia punya rumah tapi tidak punya tempat kembali.
"Tetap saja dia bodoh dan tidak tau diri,"