Pemandangan yang tersaji di depan Rendra saat ini tidak diragukan lagi sangat menggoda baginya.
Tapi karena Rendra sangat menghormati Sarah dari lubuk hatinya sebagai bibi dari calon istrinya sendiri, dia tidak memiliki pikiran yang berlebihan dan mengganggu dalam situasi ini. Kalau tidak, pemandangan seperti itu, sudah cukup untuk membuat mata Rendra menjadi merah dan tangannya gemetar penuh gairah.
Jangan tergoda oleh apa pun, bisiknya dalam hati.
Rendra dengan sadar menarik kembali pandangannya.
Dia mengeluarkan sepaket jarum dan menngambil sebuah jarum perak.
Temukan titik akupunktur, pikiran terkonsentrasi, dan tusukkan jarum ke dalam daging.
Setelah sekitar satu jam, pintu yang tertutup akhirnya terbuka dan Rendra keluar sendirian.
Yudha, yang telah menunggu di pintu, buru-buru berjalan mendekat padanya, "Rendra, bagaimana?"