Merasa kesal, Yudhistira awalnya berencana untuk menutup telepon itu secara langsung, tetapi ketika dia melihat ID penelepon, keringat dingin langsung membanjiri seluruh tubuhnya. Dia langsung berdiri tegak seolah-olah baru saja tersengat oleh listrik, dan ekspresi angkuh di wajahnya berubah menjadi penuh hormat.
Yudhistira menjawab telepon dengan datar, tapi suaranya penuh dengan rasa hormat, "Wahai dewa!"
"Dewa?"
Semua orang di tempat itu tercengang. Siapakah dewa ini?
Di sisi lain telepon, tawa Rendra juga terdengar saat ini, "Halo, apakah kau punya waktu untuk mengobrol sekarang?"
"Ya, tentu saja!" Mata Yudhistira berbinar-binar saat dia menjawab, dan dia merasa sangat malu, "Ya, saya lihat Anda begitu pandai bercanda. Tentu saja di depan Anda, saya tidak akan pernah mengatakan bahwa saya sibuk. Di mana Anda sekarang? Saya akan datang menemui Anda!"
"Pantai Banyutowo, cepatlah." Rendra menutup telepon.