"Hai, Key, hai Mel," sapa Mona yang tiba-tiba saja datang menghampiri aku dan Keysa saat sedang nongrong di sebuah Cafe.
Aku mengernyit, melihatnya datang dengan pakaian yang selalu mini dan norak.
Keysa menatapnya saja tanpa menjawab sapaan Mona, dia terlihat mulai kesal dan tampaknya begitu menahan diri yang mungkin saja ingin menerkam Mona saat ini.
Aku pun ikut diam tanpa menanggapi sapaan Monalisa.
"Boleh aku bergabung?" tanya Mona kembali menatap wajah kami bergantian.
"Apa lagi sih, Mon? Kau tiba-tiba saja datang lalu ingin bergabung dengan kami? Kupikir kau hanya kebetulan saja datang kesini."
"Aku memang kebetulan saja datang ke Cafe ini, lantas tanpa sengaja melihat kalian bersantai disini." Mona menjawab santai pertanyaanku lalu kemudian duduk bergabung di meja kami, aku dan Keysa.
Sejak tadi aku memperhatikan sikap Keysa yang dengan sengaja mengabaikan kedatangan serta obrolan Monalisa.
Suasana tampak hening begitu kami berkumpul bersama dalam satu meja. Aku mulai merasa akan terjadi satu hal yang tak terduga, hari ini Monalisa terlihat tampak berhati-hati namun juga terlihat begitu sangat ingin berbicara, entah apa itu.
Belum lagi aku hendak mengajak Mona kembali berbicara, Yash terlihat masuk dari arah pintu yang tanpa sengaja aku melihat kedatangannya lebih dulu. Aku terkejut sampai membulatkan kedua mataku begitu melihatnya hadir di Cafe ini tanpa di undang.
Mungkinkah kedatang Yash yang membuat Monalisa tiba-tiba datang ke Cafe ini? Sebab, Keysa mengatakan bahwa sore ini ia membatalkan pertemuannya dengan Yash yang beralasan sibuk.
"Halo, Sayang..." sapa Yash kemudian dari belakang, mengejutkan Keysa yang sedang asyik berkutat dengan ponselnya.
"Eh, Beb. Kenapa kau kemari? Kau bilang sedang sibuk tadi?"
"Itu tadi, Sayang. Sekarang tidak lagi, aku merindukanmu." Yash menjawab sembari mengecup ujung kepala Keysa di depan kami.
Tampak sekali dengan jelas ada rasa cemburu dari raut wajah Mona saat memperhatikan Yash bermesraan dengan Keysa.
"Umh, Beb. Kau lupa disini bukan hanya ada kita berdua," ujar Keysa kemudian mengingatkan. Sepertinya Keysa mulai malu dengan sikapnya demikian.
Yash menoleh ke arahku juga ke arah Monalisa, memang jelas berbeda bagaimana dia menatap kami masing-masing.
"Hai, kalian..." sapa Yash tampak acuh lalu kemudian duduk bersama kami.
Suasana kembali hening ketika akhirnya Yash bergabung dengan kami, begitu pula dengan Monalisa. Tadinya kupikir hari ini akan bersenang-senang dengan bersantai di Cafe bersama Keysa sambil melirik dan menggoda beberapa laki-laki tampan yang berlalu lalang di depanku dan Keysa.
Yash mengajak ngobrol Keysa, bahkan Yash selalu menggenggam tangan Keysa dan mengecupnya dengan lembut.
Monalisa kian menggempaskan napasnya, aku yang dengan jelas melihat sikapnya yang menaik-turunkan deru napasnya, membuatku yakin sesuatu telah terjadi dengan Yash dan Monalisa.
"Aku ke toilet sebentar," ujar Mona tiba-tiba beranjak berdiri.
Tidak ada yang menjawabnya, aku hanya menatap minuman di depanku, begitu pula dengan Keysa yang hanya asyik berbincang mesra dengan Yash.
Begitu Monalisa pergi ke toilet, aku kembali diam dan berpura-pura tidak melihat Yash yang seakan sengaja memeluk mesra Keysa di depanku.
"Beb, jangan begitu. Kasihan Amelie, Ryan sedang tidak disini," ujar Keysa mulai menggodaku.
"Hahaha, aku lupa jika disini masih ada satu orang lagi. Maafkan aku, Amelie."
Aku menyeringai kecil menimpali ucapannya yang jelas-jelas meremehkanku.
"Hahaha... Beb, jangan gitu akh..." pinta Keysa kembali sambil mengecup punggung tangan Yash.
Sial! Meski aku sudah terbiasa melihat Yash dan Keysa bermesraan, namun kali ini aku sungguh merasa jijik.
"Ya sudah, aku ke toilet saja. Tunggu aku ya, Sayang. Emmuach," sahut Yash kemudian seraya mengecup mesra bibir Keysa.
Keysa hanya mengangguk tanpa rasa curiga sedang sejak Monalisa belum juga kembali dari ruang toilet. Apakah hanya perasaanku saja yang berpikiran mereka sengaja diam-diam ingin saling bertemu di cafe ini?
"Maafkan aku, Mel. Aku benar-benar tidak tau jika Yash akan menyusulku kemari," ucap Keysa kemudian membangunkanku dari pikiran yang baru saja melayang jauh memikirkan Yash dan Monalisa.
"Aku mengerti, Key. Santai saja," jawabku sekenanya.
"Tapi ngomong-ngomong kemana perginya Mona? Kenapa dia belum kembali?" tanya Keysa kemudian setelah menyadari Mona belum kembali.
"Biar aku saja yang mencarinya di toilet, kau disini saja tunggu Yash kembali." Aku segera berdiri dari posisiku.
"Apakah harus? Bukankah lebih nyaman jika dia tidak kembali bergabung? Aku sungguh malas dia ada di dekatku, Amelie..."
"Hahaha... Itu benar sekali, tapi kebetulan aku memang ingin pergi ke toilet."
"Oh? Mengapa kalian lebih memilih toilet di banding duduk lama bersamaku di meja ini? Uuugh..."
Aku hanya tersenyum menanggapi lantas melangkah pergi dari hadapan Keysa. Aku sudah sangat tidak sabar, aku ingin segera tau apa yang Yash dan Monalisa lakukan. Meski mereka tidak mungkin berada dalam toilet bersama, tapi entah kenapa aku begitu yakin mereka bertemu diam-diam kali ini.
Langkahku seolah cepat tanpa aku yang mengendalikan, meski terasa berat tapi entah kenapa aku begitu ingin segera melangkah masuk ke dalam ruang toilet.
Degh!
Langkahku terhenti dan terpaku seketika begitu sampai di ruang toilet khusus wanita, aku melihat pemandangan yang tidak aku duga akan benar menjadi nyata.
"Yash!!!"
Seketika aku berteriak dengan penekanan nada yang membuat seluruh toilet menggema.
Kulihat Yash pasrah bersandar pada dinding sedang dicumbu oleh Monalisa. Mereka tersentak dan saling menjauh ketika mendengar suara teriakanku memanggil nama Yash.
Dan toilet ini, mengapa seolah mendukung mereka bercumbu di dalamnya. Ini toilet wanita, tapi Yash ada di sini, bersama Monalisa, yang bahkan tidak ada satupun orang di dalam ruangan toilet ini.
Kedua kakiku sontak terasa lemas, sekujur tubuhku gemetatan, deru napasku naik turun, pemandangan di depan mataku barusan sungguh membuatku shock tak berdaya.