Chereads / Istri Sang Sultan / Chapter 2 - Lukisan

Chapter 2 - Lukisan

Anna berdiri di depan Ahmed. Gadis itu berusaha sabar menunggu atasannya membaca artikel skandal Keluarga Kerajaan Inggrisnya.

Ahmed nampak serius membaca setiap detail tulisan Anna. Alis tebal pria itu berkerut dan sorot matanya yang berwarna coklat muda nampak sangat fokus seolah huruf-huruf yang ada di layar laptopnya akan menghilang jika tidak dipandang seperti itu.

"Tulisanmu lumayan," komentar Ahmed pada akhirnya. Namun raut wajahnya masih menunjukan ketidakpuasan.

"Apa ada masalah lain?" Anna memberanikan diri bertanya.

Ahmed memandang Anna. "Aku rasa kamu harus lebih banyak berlatih membuat sudut pandang yang jelas dalam setiap artikelmu. Oleh karena itu, aku berencana mengadakan sesi latihan menulis khusus denganmu saat weekend."

"APA?" Anna tidak bisa menyembunyikan kekagetannya. Sesi latihan menulis dengan Ahmed?!

"Kenapa? Apa ada yang salah?"

Setiap hari Anna selalu menyesal mengapa dulu ia pernah mengagumi Ahmed. Pria itu benar-benar parah. Luar biasa menyebalkan.

Bertemu Ahmed dari hari Senin sampai Jumat sudah merepotkan. Apa weekendnya juga harus dirusak dengan bertemu pria itu lagi?

"Saya rasa kita gak perlu mengadakan sesi latihan menulis khusus, Pak Ahmed," Anna berusaha menenangkan suaranya. "Saya yakin tulisan saya sudah cukup bagus."

Sewaktu magang di China dan bekerja di London, belum pernah ada atasan yang meragukan kemampuan menulisnya. Lalu kenapa Ahmed selalu merasa tulisannya kurang bagus? Kenapa?!

Ayolah, aku sama sekali tidak ingin bertemu denganmu saat weekend, batin Anna.

"Jangan banyak alasan, Anna. Sabtu ini aku akan menunggumu di kafe dekat kantor. Bawa laptop dan peralatan menulismu. Kita akan bertemu jam 12 siang."

….

Anna dan Elif berjalan beriringan menuju Istana Topkapi. Ini adalah liburan pertama Anna setelah satu tahun terakhir tinggal di ibukota Turki itu.

"Tunggu, bukannya Pak Ahmed bilang kamu ada janji latihan menulis dengannya weekend ini ya?" Elif bertanya. Dia masih ingat kemarahan Anna saat keluar dari ruang Ahmed kemarin.

Mendengar nama Ahmed, mood Anna langsung turun. Dia tidak suka nama pria itu disebut.

"Dia membatalkannya," Anna berbohong.

Sejujurnya dia sengaja tidak datang ke sesi latihan menulis khusus dengan Ahmed. Dia tidak mau bertemu dengan pria itu. Untungnya Anna sudah menyiapkan alasan kalau Ahmed bertanya alasan dirinya tidak muncul di kafe saat weekend.

"Setahuku Pak Ahmed bukan tipe orang yang akan membatalkan janji. Dia tipe orang yang sangat…" Elif tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Anna sedang memasang wajah kesal pada Elif hingga gadis itu menjadi takut.

Elif menggandeng tangan Anna. "Baiklah. Aku yakin Pak Ahmed pasti lupa dan membatalkan janjinya."

Mereka berdua masuk ke dalam Istana Topkapi sambil melihat interior dalam bangunan megah itu. Saat melihat ruangan yang ada di dalam istana, Anna membayangkan kehidupan orang-orang Dinasti Ottoman di ratusan tahun lalu.

Pasti istana ini menjadi saksi bisu kesuksesan hingga kejatuhan Dinasti Ottoman yang tersohor. Entah ada berapa banyak kejadian yang terjadi di tempat megah ini.

"Apa kamu udah pernah ke sini sebelumnya?" tanya Anna pada Elif.

"Sewaktu aku masih SD. Setelah dewasa aku hampir gak pernah ke sini," jawab Elif. "Lagipula aku bukan tipe orang yang suka dengan sejarah, Anna."

Anna hanya mengangguk-angguk. Berbeda dengan Elif, dirinya sangat amat menyukai sejarah. Anna sangat suka pergi ke museum ataupun tempat-tempat bersejarah sekedar untuk merasakan 'masa lalu' di tempat itu.

Setelah berkeliling setiap sudut istana, mereka melihat koleksi benda-benda bersejarah dan lukisan yang ada di tempat itu. Jujur Anna sangat kagum. Dia tidak menyangka ada banyak koleksi porselen yang dimiliki Ottoman di jaman dahulu.

"Elif, aku mau melihat lukisan-lukisan di sebelah sana ya," Anna memberi tahu Elif yang sedang sibuk mengamati porselen mewah.

"Oke."

Dengan riang, Anna berjalan menuju koleksi lukisan-lukisan yang dipasang di dalam istana. Anna bisa merasakan kehidupan Ottoman lewat lukisan-lukisan itu.

"Apa kamu menyukai lukisan?" tiba-tiba seorang pria berdiri di samping Anna.

Anna menoleh. Di sebelahnya seorang pria kurus dengan rambut hitam panjang diikat dan mata biru tengah sedang menatap lukisan dengan serius.

"Iya. Aku sangat suka," Anna menjawab.

"Aku jarang melihat gadis modern yang menyukai lukisan bersejarah," balas pria itu. Lalu dia tersenyum dan mengulurkan tangan. "Namaku Robert. Siapa namamu?"

Anna menjabat tangan pria bernama Robert. "Namaku Anna."

"Kamu kelihatannya bukan orang Turki ya?" Robert menebak.

"Iya."

Tentu saja dirinya bukan orang Turki. Wajahnya percampuran Yunani dan Indonesia. Anna punya rambut coklat tua panjang, mata abu-abu yang membuatnya dijuluki 'abu-abu' saat tinggal di Indonesia dan tinggi hanya 163 sentimeter. Rata-rata gadis Turki memiliki tinggi 170an contohnya Elif.

"Apa kamu orang Turki?" Anna bertanya penasaran.

"Bukan. Aku orang Italia. Aku baru pindah ke sini 5 tahun lalu," Robert menjawab dengan senang. Melihat sikap Robert, Anna yakin pria itu lebih muda darinya. Robert terlihat seperti anak kuliahan yang ceria.

"Sebenarnya di Istana Topkapi ada lukisan yang gak dipamerkan di tempat umum," Robert memberi tahu.

"Oh ya? Kenapa begitu?"

"Karena lukisan itu spesial. Di masa pemerintahan Ahmed I, lukisan itu diyakini punya kekuatan mistis."

Mendengar cerita Robert, Anna semakin penasaran. "Apa ada lukisan seperti itu di dunia ini?"

Setahu Anna tidak ada lukisan yang memiliki kekuatan mistis. Tapi ibunya pernah bercerita kalau di Indonesia ada lukisan yang punya kekuatan mistis. Lukisan Nyi Roro Kidul, ratu yang dipercaya memerintah laut selatan Jawa. Konon pelukis yang melukis Nyi Roro Kidul mendapat penglihatan seperti apa rupa ratu itu dalam wujud manusia.

Robert mengangguk. "Tentu saja. Aku bisa menunjukannya padamu."

Karena penasaran, Anna menurut. Dia mengikuti Robert yang membawanya ke sebuah ruangan di salah satu halaman ketiga istana. Halaman ketiga digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan sekolah istana. Namun halaman ketiga sudah tidak menjadi tempat tinggal sultan sejak Murad III memutuskan membangun kamar di dalam harem istana.

"Apa kita gak apa-apa masuk ke ruangan ini?" tanya Anna.

"It's okay."

Lalu Robert menujukan sebuah lukisan yang dipasang di dinding ruangan itu. Anna memperhatikan lukisan di depannya dengan seksama. Lukisan itu berisi gambar Istana Topkapi dari luar. Di pojok lukisan tertera tulisan 1610.

"Wah apa lukisan ini dibuat tahun 1610?" tanya Anna pada Robert.

Robert mengangguk. "Lukisan ini dibuat oleh salah satu pelukis terkenal saat masa pemerintahan Ahmed I."

"Tapi aku gak melihat ada yang menarik dari lukisan ini. Maksudku ini cuman lukisan Istana Topkapi aja. Gak ada yang mistis di sini," Anna berkomentar.

Robert tertawa kecil. "Tunggu sampai kamu menyentuh lukisan itu."

Mendengar kata 'menyentuh', mata Anna terbelalak. "Mana boleh kita menyentuh lukisan bersejarah."

"Tentu saja boleh. Cobalah."

Anna ragu dengan kata-kata Robert. Namun di sisi lain dirinya sangat penasaran dengan lukisan yang katanya memiliki kekuatan mistis ini.

Akhirnya Anna mengulurkan tangannya untuk menyentuh lukisan. Tiba-tiba Anna merasa kepalanya ringan dan tanah tempatnya berpijak berputar. Lalu tubuh Anna tersedot masuk ke dalam lukisan.