Habib membuka pintu dengan tergesa-gesa. Pandangan mata yang tadinya mengarah ke tv pun langsung menoleh ke Habib yang berjalan cepat ke arahku. Matanya merah, dia tidak berkata apa-apa selain menyebut namaku dan langsung memeluk.
"El!" panggilnya ketika mendekapku.
Tangan ini bahkan sudah tak sanggup lagi untuk terangkat, sampai kesedihan begitu mendera dan kubalas pelukan Habib dengan erat. Berusaha menahan tangis, tapi tetap saja tidak bisa. Rasanya seperti ada desakan di dada yang memaksaku mengeluarkan air mata.
"Mas ... keluarga kita baik-baik saja 'kan?" tanyaku pada Habib ketika pelukan kami terlepas.
Dia hanya menatapku tanpa bisa menjawab apa-apa, bibirnya bahkan sampai bergetar karena saking kagetnya mendengar berita mengejutkan ini. Sebuah senyum getir pun terbit, berusaha terlihat kuat meski sebenarnya hancur.