Aku masih harus membantu mbak Anisa packing beberapa baju dan barang-barang yang di rasa perlu untuk di bawa ke Singapura pagi ini. Sekitar jam lima subuh, aku dan Habib langsung meluncur ke rumahnya setelah sholat subuh kami laksanakan.
Perawat dari rumah sakit yang di sewa juga sudah tidak datang lagi ke rumah sejak dua hari yang lalu, setelah di beri kabar bahwa bang Fahri akan terbang ke Singapura untuk menjalani perawatan lebih intensif disana, sehingga perawatan dari rumah sakit sini pun di hentikan.
Suara tangisan terus menggeru-geru dari kamar sebelah yang merupakan kamar Azka. Habib masih bersamanya, berusaha menenangkannya agar berhenti menangis. Dia terus memberontak, bahkan aku juga mendengar suara buku yang di banting ke dinding.
"Mbak, itu Azka kenapa?" tanyaku pada mbak Anisa masih dengan kedua tangan yang bergerak kesana-kemari untu memindahkan pakaian dari lemari ke koper.