Langkah kakiku membawa tubuh ini mendekati sebuah tempat pembaringan, dimana seorang wanita dengan perut buncit tampak terbaring dengan infus dan oksigen di tubuhnya. Pakaian khas pasien rumah sakit juga dia pakai, serta wajah pucat yang selama ini selalu mencoba tersenyum di tengah sulitnya tekanan hidup.
Setelah mendengar semua cerita Habib, aku jadi lebih empati pada Aisyah. Apa lagi setelah tahu, hari-hari sulit seperti apa saja yang dia lewati sebelum akhirnya Habib membawa dia ke rumah. Hinaan tetangga, cacian para mahasiswa, serta cibiran dosen di kampus, pasti membuatnya cukup tertekan.
Aku duduk di kursi yang sudah di sediakan di sampingnya, menggenggam tangan halusnya sembari bergumam dalam hati. "Maafkan aku, selama ini aku sudah salah paham. Aku memang bodoh, semudah itu aku percaya bahwa Habib yang menghamilimu, ini semua pasti berat bagimu."