"Ada apa, Umi?" tanyaku ikut cemas setelah sambungan telepon terputus.
"Habib tabrakan, El!"
Segumpal nasi dalam mulut pun seolah langsung bertabrakan hingga membuatku tersedak seketika saat mendengar kabar itu. Hidung pun juga langsung sakit akibat nasi yang tersedak juga ikut naik ke rongga pernapasan.
Umi buru-buru mengambilkan aku air putih untuk meredakan batukku. Bukannya meredakan batuk, malah tambah menjadi dan leher juga ikutan sakit. Belum lagi mata yang ikut memerah akibat batuk yang tak kunjung reda.
"Ya, Allah ... pelan-pelan, El." Umi memberi instruksi padaku yang di suruh minum air sekali lagi.
"Bagaimana? Sudah baikan?" tanya umi lagi untuk memastikan bahwa kondisiku sudah baik-baik saja. Dan aku bisa mengangguk pasti setelah yakin dengan kondisiku sendiri.