Kupandang sekali lagi pintu kayu berwarna putih yang sudah tertutup. Tidak ada tanda-tanda Habib akan keluar mengejarku, mungkin dia memang tidak mau mengejar istrinya yang drama ini. Lagi pula tadi aku juga melihat Aisyah menghentikan Habib.
Kembali berbalik badan, secepatnya aku berjalan menjauhi rumah. Ini masih sekitar jam setengah tujuh pagi, belum ada taksi yang lewat, tapi untungnya sudah ada tukang ojek yang mangkal di ujung gang.
Biasanya para tukang ojek sengaja mangkal pagi-pagi sekali untuk mengantar anak sekolah. Kuberi mereka uang untuk mengantarku pergi. Dan sampailah aku di sebuah rumah bertingkat dengan nuansa modern, ini rumah bang Fahri.
"Assalamu'alaikum!"
Beberapa kali menyerukan salam, tak ada juga jawaban. Apa mungkin bang Fahri tidak ada di rumah? Tapi seharusnya mbak Anisa ada, sebab jam segini Azka belum diantar ke sekolah.
"Assalamu'alaikum! Bang Fahri, mbak Anisa!"