Untungnya aku dan Farida tidak sampai bertengkar setelah sindiran itu. Bang Fahri yang sepertinya paham dengan kondisiku langsung menyuruh Farida diam. Kami melanjutkan makan malam dengan tenang, meski Umar terus menatapku.
Selesai makan malam, aku segera sholat isya dan minum obat. Anehnya, perkataan Farida membuatku tidak bisa tidur. Mataku terus terbuka sampai jam sebelas malam.
[El, apa kamu sudah tidur? Hari ini Mas tidak bisa tidur, karena untuk pertama kalinya Mas tidur tanpa kamu disini]
Sebuah pesan singkat kuterima dari Habib saat kebetulana ku sedang memainkan ponsel. Tanpa berniat membalas, kutinggalkan aplikasi chat dan membuka aplikasi lain. Rasanya aku benar-benar malas berhubungan dengan Habib sekarang.
[Besok Mas akan kesana, untuk mensurvei tempat yang akan dijadikan cabang restoran, sekalian mampir untuk acara tahlilan ayah]
[Apa kamu akan menginap lebih lama? Jika iya, biar Mas bawakan beberapa helai pakaian untukmu]