"Sebelumnya aku minta maaf pada kalian semua, terutama pada El. Mas sangat menyesal, tolong jangan benci pada Mas, ya?" Sial, air mataku lolos mendengarnya.
Semua orang masih mendengarkan pembukaan Habib. Tanganku sudah gemetar menunggu kalimat inti, dan hanya mbak Anisa yang bisa menggenggamnya. Jantung ini sudah tak karuan, rasanya seperti drum yang berdebar dengan kuat.
Ini, ini saatnya pengumuman. Kuharap semua orang bisa menerimanya, sebab aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk mengikhlaskan Habib jika dia harus menikah lagi.
Sesaknya dada tak bisa kututupi, bahkan isak tangis juga sudah terdengar dari hidungku. Semua orang juga jadi ikutan tegang, terutama bunda yang kaget saat melihatku menangis.
"Ada apa ini? Kenapa kalian terlihat aneh? Dan kenapa kamu menangis, El?" tanya bunda.
Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya bisa terisak sambil tertunduk. Bersiaplah, sebentar lagi pengumuman yang lebih mengejutkan dari pada pengumuman kelulusan akan dikumandangkan.