"Tunggu! Mendengar ini, aku jadi memikirkan sesuatu, Rei. Bagaimana kalau sebenarnya kita bertiga ini memang sudah sama-sama mati. Dan saat ini kita berada di liang lahat menunggu ditanyain sama malaikat penjaga kubur?" racau Yuji yang mulai takut juga seperti adiknya.
Siji memberikan senyum kecut. Siji mengerti benar apa yang dimaksud Reiji ketika dia mengatakan ini. Dia tidak benar-benar ingin mengatakan bahwa dia pikir mereka berdua juga sebenarnya sudah mati.
Mendengar isi kepala Siji, Yuji kembali bergidik ngeri. Bulu halus di lengannya sudah berdiri dan kulit kepalanya juga mati rasa. Baiklah, jika dia tidak dapat merasakan suhu dingin di gua ini, tapi Yuji masih dapat merasakan apa yang terjadi pada tubuhnya saat ini. Ah, mungkin lebih tepatnya pada rohnya.
Apa yang ingin Siji katakan adalah bahwa spekulasi lain lebih tidak dapat diandalkan daripada tentang berpikiran sudah mati tadi. Jadi, sebenarnya Siji juga memikirkan hal yang sama seperti adiknya.