"Siji!" kata Reiji, "kamu harus punya ide!"
Siji menghela napas, tahu bahwa dia hanya punya satu pilihan.
"Rencananya tetap tidak berubah, Rei! Kau tenang saja! Meski papa kita tidak ikut sekali pun, kita akan tetap berangkat." Ini suara Siji yang mencoba menenangkan adiknya yang cemas. Dia memang sosok saudara yang baik.
"Lalu, bagaimana dengan petanya, Siji? Memangnya kamu ingat tentang isi dalam peta tersebut? Petanya dibawa papa dan hanya dia yang dapat membaca peta tersebut, bukan?" Reiji kembali menyahut. Ada kekhawatiran dari nada bicaranya. Padahal, Reiji sudah berharap sekali jika hari ini dia akan kembali berubah menjadi manusia.
Namun, tiba-tiba keinginan itu terancam gagal karena papa mereka tiba-tiba menghilang dari rumah ini bersama peta yang sudah ia terjemahkan. Entah pergi ke mana lelaki dewasa, yang masih bejiwa muda itu.