"Pijitinnya kayak Bang Yuji kemarin ya, Bang? Enak banget, sumpah! Papa jadi tidurnya nyenyak banget sampai bangunnya kesiangan." Tuan Yudha menuntut.
"Mapuluhribu kayak Yuji kalau begitu ya, Pa?!" pinta Siji dengan memasang wajah memelas seperti pemulung.
"Enak aja! Enggak! Jangan pamrih begitu dong, Bang! Kan tadi udah papa kasih uang mapuluhribu buat jajan gorengan sama rengginang tadi?!" Tuan Yudha menaikkan nada bicaranya jika menyangkut uang.
"Lho? Lho? Yang makan tadi 'kan bukan Bang Siji aja, Papa? Yuji juga ikut makan, kok bebannya dilimpahkan pada Bang Siji saja?" protes Siji tidak terima. Siji rasa jika bakat rentenir Yuji itu pasti menurun dari papa mereka.
"Ya, enggak mau tahu! Pokoknya Bang Siji tadi sudah papa beri uang lima puluh ribu. Jadi, sebagai gantinya sekarang pijitin papa. Ayo, cepetan!" putus Tuan Yudha.
Siji mengembuskan napas kasar. Meski setengah hati, ia akan memulai memijit kaki papanya itu.