"Iya, memang Yuji benar-benar keterlaluan. Setelah ini, Abang akan ceramahin itu si Yuji, Pa!" sahut Siji, serius. Ia juga masih kesal karena masih sempat-sempatnya percaya pada akting Yuji tadi.
"Yuji memang benar-benar anakku yang paling membanggakan!"
"Hehhh??!"
Tuan Yudha menatap mata Siji. Ia mencengkram kedua lengan putra sulungnya itu.
"Iya, bukankah tadi Yuji sangat keren, Bang Siji? Papa akan coba ikutkan Yuji di audisi pencarian bintang sinetron atau bintang iklan saja nanti." Tuan Yudha memandang ke langit ruangan. "Huwaaa ... Papa tidak menyangka jika anak papa memiliki bakat seperti itu," sambungnya.
"Ja-jadi? Papa enggak marah? Yuji tadi sudah keterlaluan lho, Pa! Papa kok bisa-bisanya malah kagum sama si kutil biawak itu sih?" Siji menggerutu, kesal. Padahal ia sudah sok-sokan akan menjadi kakak yang baik dengan menceramahi Yuji, tapi melihat respons papanya yang seperti itu, Siji jadi bingung.