Chereads / Kutukan Triplet / Chapter 19 - Melancarkan Aksi

Chapter 19 - Melancarkan Aksi

Yuji menarik pergelangan tangan Siji untuk kembali duduk.

"Gue belum selesai ngomongnya, Astaga!" Yuji kembali membisikkan sesuatu di telinga Siji.

"Tapi, tetap aja, Yu. lelucon lu itu sanggat enggak masuk diakal." Siji menatap tajam ke arah adiknya. Yuji itu memang ada-ada saja. Ini bukan drama fantasi, mana ada lelucon yang mengatakan jika ada seseorang bisa berubah jadi kucing, batin Siji.

"Tenang dulu dong, Ji! Semua rencana kita ini akan berjalan lancar saat lelucon ini, Lo yang ngomong. Yakin deh Papa Mama pasti percaya. Lagipula, Papa kita kan wibu garis keras seperti Lo. Pasti Papa bakal yakin deh."

Yuji berucap dengan serius. Ia kini bahkan memasang ekspresi yang begitu meyakinkan. Meski sebenarnya, ia tidak terlalu yakin dengan ide lelucon dari Reiji ini. Namun, Yuji berusaha menjadi kakak yang baik dengan mengatakan lelucon ini pada Papa Mama mereka.

"Sekarang, Reiji-nya ada di mana?" tanya Siji. Tidak biasanya bungsunya Pradhika's Triplet itu terlepas dari Yuji. Biasanya mereka berdua selalu saja bersama hingga Siji menjuluki kedua adiknya dengan sebutan 'duo maut'.

"Reiji gue suruh sembunyi dulu, Ji. Kan nama dia yang akan kita buat leluconan. Lagipula, ini juga ide dari Reiji kok." Yuji menyahut. Ia bangkit dan menarik pergelangan tangan Siji. Mereka akan segera melancarkan aksinya sebelum Papa Mama mereka keluar ke liar kota, seperti biasanya.

Dengan terpaksa, Siji akhirnya ikut juga digeret seperti itu. Sebelum mereka mencapai ruang tengah, tempat orang tua mereka berada, Yuji mengambil kucing berwarna hitam dan putih dari kamarnya. Kucing itu memang sudah disiapkan oleh Yuji dan Reiji.

Saat memasuki kamar Yuji, Siji tersentak melihat Reiji yang malah rebahan di kasur. Kedua adiknya itu benar-benar laknat. Bagaimana bisa mereka memikirkan untuk menyuruh Siji bilang ke orang tua mereka jika Reiji berubah jadi kucing karena suatu kutukan. Entah kedua adiknya ini memang bodoh atau terlalu kurang kerjaan, batin Siji.

"Ini pegang, Ji!" Yuji yang memiliki alergi dengan kucing, kini memakai masker dan sarung tangan saat memegang kucing.

Yuji menyerahkan kucing yang menggemaskan dengan bagian punggung berwarna hitam, sedangkan bagian perut warna putih. "Lo bawa kucing ini dan bilang ke Papa Mama kalau itu adalah Reiji yang terkena kutukan! Reiji tidak akan kembali wujud ke manusia sebelum Papa Mama mereka menuruti apa pun yang diinginkan Reiji!" Yuji kembali memerintah kakak sulungnya.

"Lha terus ... kau ngapain, Yu? Lagipula, cara macam apa itu? Ketahuan sekali ngibulnya kalau alasan untuk kembali menjadi manusia hanya dengan menuruti permintaan kalian," gerutu Siji. Ia kesal juga mendengar apa yang diminta Yuji. Kenapa harus menuruti permintaan Yuji dan Reiji saja, coba? Kenapa tidak menuruti permintaan Siji juga? batin Siji, iri.

"Ya sudah, terserah Lo kalau begitu deh, Ji. Lo karang aja cara yang nguntungin bagi kita bertiga pokoknya," putus Yuji. Ia kini bahkan mendorong Siji untuk segera meninggalkan kamarnya.

"Kalian mau ngapain, hah?! Kenapa cuma gua yang harus melancarkan aksi ini, huh?! Sedangkan, nantinya kalian juga dapat keuntungan," gerutu Siji, kesal. Ia kini bahkan merasa sudah dimanfaatkan oleh Reiji dan Yuji.

"Kan sudah gue bilang kalau Papa Mama tidak akan percaya kalau gue yang ngomong, Siji!" bentak Yuji, kesal. Padahal, niatnya 'kan dia memang mau rebahan juga setelah ini sama Reiji sambil main game.

Siji mengembuskan napas kasar. Setelah itu, ia mengayunkan langkah keluar dari kamar Yuji, dengan menggendong kucing kecil itu di lengannya. Dengan terpaksa, Siji menuruti semua ucapan Yuji. Ini juga ia lakukan untuk menyenangkan hati Reiji. Reiji yang memiliki hati kecil, terkadang sering terganggu dengan hal yang kecil.

Dengan melakukan lelucon yang sudah capek-capek Reiji pikirkan, Siji berharap mampu menyenangkan dan memuaskan hati kedua adiknya.

Bersambung ....