Clara Dimitrova menemukan hal ganjil di wajah sang kekasih. Raut wajah pria itu benar-benar menggambarkan kekhawatiran yang begitu besar. Satu-satunya alasan yang terpikirkan oleh sang gadis adalah firasat yang dirasakan Ardha Candra terhadap rumah besar milik Alex Hendrawan tersebut.
"Sayang," Clara mengusap bahu sang kekasih. "Tenanglah."
Ardha Candra mencoba untuk tersenyum. Bagaimanapun, ia tidak hendak kekasih hatinya itu menjadi ikut cemas alih-alih ketakutan.
"Berjanjilah padaku, Sayang," ujar sang pria.
"Ardha…"
"Berjanjilah kau tidak mencoba untuk melakukan hal-hal gila bila nanti kita memasuki rumah itu, atau justru menyerang para iblis yang ada di sana."
"Ardha," Clara mengusap pipi sang pria. "Sayang, jangan terlalu khawatir seperti itu. Mereka akan tiba, tim gabungan akan tiba ke sini. Aku yakin, kita bisa mengatasi masalah ini bersama-sama."
"Aku tahu," Ardha Candra menjulurkan tangan kirinya, mengusap perut sang kekasih. "Berjanjilah, Sayang. Kumohon?"