Sang malaikat tertawa lebih keras lagi sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Dan pastinya, kami belum binasa…"
"Kau paham juga akhirnya," kata sang malaikat.
"Tapi," kembali Ardha Candra menatap wajah mengagumkan itu. "Bagaimana cara leluhur manusia bertahan di saat itu? Tidak, tidak, tidak… bukan bertahan, tapi yang pasti memenangkan pertempuran itu. Bila tidak, tentu kami sudah musnah. Atau setidaknya, menjadi budak-budak para iblis."
"Yaah, kau benar."
"Lalu, dengan apa?" tanya pria itu menjadi bersemangat. "Dengan apa leluhur manusia mampu mengalahkan para iblis yang—entahlah, menyeramkan?"
Sang malaikat terkekeh. "Seperti yang aku katakan tadi, jangan memandang ras kalian sendiri adalah ras yang lemah. Makhluk ciptaan yang tidak berdaya. Kalian disebut sebagai makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna bukan tanpa alasan, atau sebagai gelar pemanis semata, Ardha."