Rezqi melangkah pulang sembari menghitung lembaran rupiah di tangannya. Upah hasil bekerja selama dua hari membantu Pak Saman dan Bang Tohap membenahi dapur di rumah Abah Malih. Sekali lagi ia tersenyum senang, sebelum akhirnya menyimpan uang tersebut di dalam saku celana jeans buntung itu.
"Lumayanlah," gumamnya seorang diri. "Bisa buat nambah-nambah ongkos ke Labuan Bajo ntar."
Kembali ia meneruskan langkahnya, dan entah dengan alasan apa, tapi yang jelas hari ini suasana hati pemuda tersebut begitu sangat baik. Bahkan langkah kakinya itu terlihat sangat-sangat enteng dalam keceriaannya tersendiri.
"Bang Rezqi."
Satu suara nan lembut dan merdu menyapa pendengaran pemuda tersebut. Ia menoleh, ternyata suara itu berasal dari mulut si cantik Shari yang muncul dari jalan berbeda. Keduanya berpapasan di dekat persimpangan jalan.
"Eeh, Neng Shari," balas Rezqi yang mendadak merasakan degupan jantungnya bekerja lebih cepat.
"Dari mana, Bang?"