Pukul sembilan pagi lewat lima belas menit Rezqi akhirnya diantar oleh Dinda dengan mobil gadis tersebut menuju tempat pertemuan dengan direktur utama Graha Abadi di sebuah kafe. Untungnya Bi Ayu sudah selesai memasak untuk makan siang di rumah itu, dan sempat-sempatnya membersihkan dapur dan sesisi rumah sehingga Rezqi bisa dengan tenang meninggalkan warung untuk sementara waktu.
"Ntar habis lu ngaterin gue," ujar Rezqi yang duduk di samping kiri Dinda. "Lu pulang aja, Din. Ngak apa-apa."
"Yakin?" tanya Dinda yang sibuk memerhatikan keadaan sebab dialah yang menyetir mobil itu.
"Yaa…" Rezqi menggaruk-garuk kepalanya. "Lagian, kasihan juga elunya, Din. Andai Pak Ben dateng, lu jadi duduk sendirian dong?"
"Yaa, nggak masalah sih buat aku mah," kata Dinda. "Udah lama juga aku nggak ke kafe itu. Lagipula, ntar kamu pulangnya gimana?"
"Yaa, pake angkot dong."
"Bawa duit?"