"Aah," Akhirali tersenyum dan mengangguk-angguk. "Tunangan sih, soalnya. Ya, ya, ya…"
Amia tersipu dan menundukkan kepala. "Maaf…"
"Nggak," kata Akhirali pula. "Om malah senang kalau kamu memang menginginkan itu."
"Ma—makasih, Om."
Sementara Jodi hanya tersenyum-senyum saja mendengar percakapan sang kakak dengan pamannya Rezqi tersebut.
Saat mereka bertiga sampai di kamar di mana Rezqi ditempatkan, dokter dan dua perawat itu baru saja selesai memasangkan perangkat pengontrol dan pendukung kehidupan di tubuh pemuda tersebut.
Untuk sesaat langkah Akhirali, Amia, dan Jodi tertahan di depan pintu sebab dua orang perawat di dalam kamar sedang membersihkan tubuh Rezqi dari noda-noda darah yang masih menempel di beberapa sisi tubuhnya.
Setelah itu semua selesai, barulah Akhirali dan Amia serta Jodi dipersilakan masuk.
"Siapa yang akan menemani pasien?" tanya sang dokter pada ketiga orang tersebut.