"Lhaa, emang bener, kok," ujar Sisca seraya terus mengintimidasi Banu dengan mencubit perut laki-laki tersebut. Atau terkadang dengan sengaja menempel-nempelkan dadanya ke tubuh Banu. "Kenapa, sih?"
"Geli gue, tauk!" dengus Banu yang mencoba melepaskan diri dari Sisca. "Jauh-jauh sono. Keganjenan elu!"
Lalu, pintu itu tiba-tiba terbuka dan sosok Pak Ben terlihat di sana.
"Apa yang sedang terjadi di sini?"
Pertanyaan sederhana dengan suara datar itu mampu membuat semua orang terdiam, Banu segera mendekat kepada Pak Ben.
"Pak Ben, maaf," ujar Banu dengan gayanya yang kemayu. "Tuh, si Sisca, keganjenan. Ngeselin banget, deh."
"Udah, udah," ujar Pak Ben melangkah masuk sementara Banu kembali menutup pintu tersebut.
Pak Ben melihat bagaimana kolokannya sikap Sisca sekarang itu, lalu mengernyit melihat temannya Sisca yang masih saja menyedot minuman kotak di tangannya, padahal Pak Ben sudah ada di ruangan itu.
"Siapa dia?" tanya Pak Ben.