"Biasanya sih, iya," jawab Amia. "Tapi, aku udah bilangin sama Pak Zardan untuk mengubah itu dan menyesuaikan dengan hari latihan mereka. Jadi, hari Selasa dan Kamis mereka pulang lebih cepat. Jam empat. Sabtu kan emang libur."
Ambar mengangguk-angguk. "Baguslah, biar satu jam pun, tapi itu cukup untuk mengeluarkan keringat. Dan hari Sabtu, gue maunya pagi aja, Mia. Gimana?"
"Nggak masalah," sahut Amia. "Bisa diatur."
"Thanks."
"Ya udah, deh," ujar Amia kemudian. Ia lantas berdiri. "Ouh iya, kamu bawa kendaraan sendiri, Mbar?"
Ambar ikut berdiri, lalu mengangguk. "Biasa, gue pake motor."
"Aah…" Ami mengangguk-angguk lalu melangkah santai meninggalkan areal tersebut.
"Kenapa emangnya?" tanya Ambar yang mengiringi langkah kaki Amia.
"Enggak," sahut Amia. "Tadinya kalau kamu nggak bawa kendaraan, mau aku anter pake mobil."
Ambar tertawa pelan. "Gue mah udah biasa, kemana-mana naik motor. Lain hal kalau dikasi tahu sebelumnya, atau pergi jalan-jalan ke mana, gitu."