"Gue bingung mau ngomong apa lagi, Steav," Rezqi melenguh dalam empasan napas yang yang begitu berat. "Di satu sisi gue nggak mau nyakitin perasaan si Shari, di sisi lain gue justru malah jadi nyakitin dia."
Steaven menghela napas dalam-dalam, meski perhatiannya tetap fokus pada setir dan jalanan di depan, namun ia juga memikirkan apa-apa saja yang sudah diceritakan Rezqi kepadanya sepanjang perjalanan menuju ke tempat di mana beradanya PT. Graha Abadi.
"Gua udah ngeduga bakal kek begini," ujar Steaven setelah didahului satu embusan napas yang panjang. Embusan yang mewakili rasa simpati terhadap sahabatnya tersebut. "Suatu saat, lu bakal kena karma dengan semua prinsip lu yang bagi gua—jujur aja, terlalu dipaksakan."
"Yaah, gue tahu," sahut Rezqi sembari membuang pandangan ke sisi kiri. "Sumpah," lanjutnya, "tahu begini, sedari awal aja gue tegaskan di depan Shari, atau Babeh Djaja juga."